Sabtu, 09 Juli 2011

Belajar Lagi tentang Deep Ecology


Pada umumnya manusia tidak memiliki pertanyaan cukup mendalam atau pandangan yang menyeluruh ketika mereka ingin menyelamatkan bumi secara holistik. Para filusuf dapat memotivasi gerakan, semua gerakan bertujuan untuk menyelamatkan bumi dari manusia dan ekploitasi. Ketika kita melihat adanya krisis ekologi, maka kita harus menghemat energi. Tidak ada gunanya meningkatkan konsumsi terus menerus dan menghamburkan energi. Di negara maju, krisis energi melanda karena gaya hidup atau “life style” yang gemar menghabur-hamburkan energi dan sumber daya alam.

Dalam penyelamatan ekologi dibutuhkan seorang diktaktor yang memahami keragaman bentuk kehidupan. Atau memiliki pergeseran pandangan nilai terhadap kesadaran lingkungan. Jika memilih pergeseran nilai maka tidak dibutuhkan seorang ditaktor. Dengan kata lain, jika menggunakan cara kasar maka dibutuhkan ditaktor yang tegas. Sedangkan dengan cara halus maka dapat diberikan himbauan untuk menumbuhkan kesadaran yakni mempergunakan alam untuk mewujudkan alam yang harmonis.

Salah satu norma ekologi adalah alam memiliki hak untuk hidup dan berkembang. Seiring dengan perkembangan dunia, maka kita harus membunuh untuk dapat makan. Sedangkan filosofi deep ecology kita tak memiliki hak untuk menghancurkan kehidupan lain tanpa memiliki alasan yang cukup kuat.

Makna lain deep ecology, adalah kematangan dan kedewasaan. Deep Ecology disebut sebagai ecosophy, kombinasi antara "eco" yang berarti rumah tangga dan "sophy" yang berarti kebijaksanaan atau kearifan. Jadi, ecosophy bisa berarti kebijaksanaan mengatur hidup selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas.  Ecosophy meliputi suatu pergeseran dari sekadar sebagai sebuah ilmu (science) menjadi sebuah kearifan (wisdom).



Sumber Gambar: www.shambhala.com

Dalam kedewasaan, manusia akan merasakan kegembiraan jika melihat mahkluk lain pun bergembira. Dan sebaliknya, akan menderita jika mahkluk lain menderita. Dalam deep ecology, titik pusat demokrasi adalah biosfer. Deep ecology memandang struktur sosial menuju keadaan fundamental. Gerakan Shallow ecology, hanya membicarakan tentang sumber daya untuk manusia, sedangakan dalam deep ecology  membicarakan sumber daya untuk setiap spesies.

Shallow ecology lebih memperhatikan hal terkait dengan pertumbuhan penduduk yang berlebihan  di negara berkembang. Dan mengabaikan perkembangan populasi yang membludak di negara maju yang merupakan negara-negara industri. Padahal kelebihan populasi penduduk di negara maju bisa menghancurkan seratus kali lebih per kapita dibanding negara seperti Bangladesh.

Deep ecology tujuannya tidak hanya untuk menstabilkan populasi manusia, namun juga memperhatikan dan membatasi pengurangan sumber daya sesuai batas kemampuan ekologi. Tanpa memerlukan keditaktoran sehingga cukup 1 miliar orang dalam dunia. Ciri deep ecology adalah bertanggung jawab untuk generasi mendatang, generasi kesatu, kedua dan seterusnya. Realisasi diri merupakan realisasi potensi kehidupan. Organisme yang berbeda satu sama lain dalam tiga cara memberi kita kurangnya keberagaman dibanding organisme yang berbeda dengan lainnya dalam seratus cara. Oleh karena itu, pengalaman realisasi diri kita alami ketika meningkatnya jumlah cara individu, masyarakat, bahkan bentuk-bentuk kehidupan lainnya dalam menyadari akan dirinya sendiri.

Secara alamiah, kebanyakan orang  di dalam deep ecology biasanya tetapi tidak selalu, memiliki perasaan bahwa mereka terhubung dengan sesuatu yang lebih besar daripada egonya, namanya, keluarganya maupun atribut mereka sebagai seorang individu. Ini merupakan sebuah perasaan yang kerap disebut menyamudera. Pada saat berada di lautan lepas, perasaan ini sering muncul. Tanpa identifikasi seperti ini, seseorang akan sulit digambarkan terlibat dalam deep ecology.

Di sisi lain, Deep ecology  mungkin saja mempunyai komponen-komponen religius, intuisi mendasar di mana setiap orang harus mengolahnya jika ia menjalani hidup berdasarkan serangkaian nilai dan tak berfungsi layaknya komputer. Sedangkan Shallow ecology, jika dimasukkan ke dalam logika yang ekstrem, seperti suatu analisis biaya-keuntungan yang terkomuputerisasi yang dirancang hanya demi keuntungan manusia.

Sangat alamiah, untuk menggabungkan keduanya sebab perspektif lama dalam ruang dan waktu mendorong seseorang bertindak dalam cara konsisten dan mendalam. Selain itu, deep ecology memperhatikan masalah-masalah yang berdampak  jangka panjang, terutama terkait pertanyaan tentang perang dan perdamaian sebab bencana ekologi akibat ulah manusia dan perang nuklir, misalnya, akan menyebabkan kehancuran luar biasa.

Bagi orang-orang yang mendukung konsep deep ecology, hal ini lebih mudah untuk diwujudkan dibanding orang-orang yang berada di luar deep ecology. Sebab, kita yang mendukung deep ecology memiliki nilai-nilai dasar tertentu yang membuat semuanya jelas bahwa kita di negara-negara kaya menentang pembangunan yang menyebabkan meningkatnya dominasi dan mendukung peningkatkan standard hidup.

Jadi, simpulannya Deep Ecology memusatkan perhatian kepada seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia. Deep Ecology juga tidak memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka dari itu, prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut seluruh kepentingan komunitas ekologis. Deep Ecology mengutamakan prinsip-prinsip moral etika lingkungan yang harus diterjemahkan dalam aksi nyata. Etika lingkungan menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekadar sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis, merupakan gerakan nyata, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau gaya hidup. By. Rahma Widhiasari

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk temen2 yg sedang blajar deep ecology ^__^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar