tag:blogger.com,1999:blog-80251553117950309242024-02-06T18:21:22.282-08:00Journal of EnvironmentCatatan, ide, dan gagasan saya yang sedang belajar lingkungan, belajar menulis serta belajar mencermati pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkunganRahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-47297750201758835172012-11-11T19:33:00.001-08:002012-11-11T19:33:29.341-08:00Keseriusan Jokowi dalam Pengelolaan Ciliwung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Gurbernur DKI yang baru, Jokowi kerap kali dielu-elukan banyak pihak. Jokowi yang terbukti berhasil memimpin Solo, dan terpilih menjadi walikota terbaik sedang membuktikan komitmennya untuk mengelola ibu kota dengan lebih baik. Diantara sekian banyak pekerjaan rumah Jokowi, Ciliwung adalah PR besar Gubernur DKI yang juga harus dikerjakan dengan serius. Pasalnya, sungai besar yang melintas di sepanjang ibu kota ini kerap kali menjadi penyebab terjadinya banjir. Ciliwung yang lekat dengan pencemaran perlu pengelolaan lebih serius.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Sungai sepanjang hampir 120 kilometer itu menjadi perhatian utama. Terutama karena merupakan ancaman banjir terbesar bagi Jakarta dibandingkan dengan 12 sungai lain yang masuk wilayah ibu kota.Di antara 13 sungai di Jakarta, Ciliwung satu-satunya yang melalui tengah kota, melewati perkampungan, perumahan padat, dan permukiman kumuh. Ada sekitar 3,5 juta jiwa yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung seluas 387 kilometer persegi ini.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Ciliwung sungai yang nyaris ”mati” di hilirnya juga menyumbang pencemaran di Teluk Jakarta. Di hilir Ciliwung yang airnya telah menghitam, yakni di aliran Muara Angke hingga Ancol n yaris tak ada lagi ikan. Ciliwung bahkan dinyatakan beracun, karena kadar oksigen terlarut atau <em style="margin: 0px; padding: 0px;">dissolved oxygen</em> (DO) yang rendah dan kadar <em style="margin: 0px; padding: 0px;">biological oxygen demand</em> (BOD) demikian tinggi, menjadikan organisme tak dapat bertahan hidup di sungai itu. Ciliwung telah telah menjadi tempat sampah raksasa. Beban yang harus ditanggung sungai utama di Jakarta ini kian berat karena penduduk dan industri di sekitarnya menjadikansungai itu ”tempat sampah raksasa” untuk membuang sampah organik ataupun anorganik.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
<strong style="margin: 0px; padding: 0px;">Upaya Jokowi</strong></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Awal November lalu, Jokowi telah melakukan kunjungan dan meninjau Ciliwung dengan beberapa stafnya. Di beberapa media, Jokowi berkomentar akan melakukan normalisasi Kali Ciliwung yang saat ini mengalami penyempitan, Namun, sebenarnya yang diperlukan Ciliwung bukan hanya dinormalisasi, Ciliwung perlu “dihidupkan kembali”. Pencemaran Ciliwung perlu dientaskan agar organisme air dapat kembali mengfungsikan Ciliwung sebagai tempat hidupnya.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Kabarnya, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pun akan ikut turun tangan mengentaskan pencemaran ciliwung, terdapat wacana akan memanfaatkan bakteri pelumat limbah untuk mengurangi beban pencemar Ciliwung. Sebenarnya, perbaikan kondisi Ciliwung telah dilakukan sejak tahun 1989 melalui Program Kali Bersih (Prokasih). Pada awal 1990-an ada hampir 120 industri yang berkomitmen menurunkan kandungan limbah yang dibuang ke tiga sungai, di antaranya Sungai Ciliwung. Namun, nyatanya kondisi sungai saat ini tak berubah, bahkan kian kotor dan hitam. Masalahnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat dan industri untuk menjaga sumber daya air ini.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Meningkatnya beban pencemar dan, penurunan kualitas air Sungai Ciliwung terbesar (80 persen) diakibatkan limbah domestik. Sehingga, upaya perbaikan kualitas air Ciliwung bukan hanya pemulihan air sungai. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengelola sungai lebih diperlukan. Jokowi, sebagai pemimpin ibu kota perlu melakukan restorasi Ciliwung sebagai tonggak untuk mendorong kepedulian masyarakat memperbaiki kualitas air sungai ini.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Jokowi seyogyanya berkoordinasi dengan KLH yang akan melakukan restorasi sungai. KLH menginformasikan, jangka waktu pelaksanaan pembangunan sungai 30 bulan, mulai 3 Desember 2012. Rencananya, proses pembangunannya akan ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia bersama Menteri Lingkungan Hidup Republik Korea. Proyek percontohan restorasi sungai ini, meliputi pembangunan fasilitas pengolahan limbah domestik dan pusat pendidikan. Pembangunannya akan melibatkan instansi terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum untuk pengelolaan sungai dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam kaitan pemilihan teknologi IPAL, dan badan lingkungan hidup daerah dalam penyediaan fasilitas pendukung. Pembangunan percontohan IPAL berkapasitas 500 meter kubik per hari ini akan didanai dengan anggaran KLH Indonesia sebesar Rp 10 miliar yang dibagi dalam dua tahun anggaran, yakni tahun 2013 dan 2014. Adapun KLH Korea akan memberi dana hibah 9 juta dollar AS untuk pengadaan IPAL. Pendanaannya gabungan dari Korea Environmental Industry and Technology Institute (KEITI) dan Korea International Cooperation Agency (Koica).</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Instalasi pengelolaan limbah akan dipilih yang berteknologi tidak terlalu canggih dan mahal sehingga dapat dioperasikan oleh tenaga kerja Indonesia. Instalasi pengolah ini akan menggunakan bakteri dari alam Indonesia yang telah diisolasi dan dibiakkan. Ini karena, penggunaan bakteri dari Korea tidak cocok untuk Indonesia yang hanya memiliki dua musim. Pengolahan limbah di Ciliwung pun harus multikultur alias banyak bakteri (menggunakan konsorsium bakteri) baik yang mampu melumat limbah organik maupun anorganik. Limbah proses IPAL selanjutnya didaur ulang melalui proses desalinasi atau teknik penyaringan osmosis balik, hingga memungkinkan penggunaan ulang air hasil olahan ini untuk keperluan sanitasi.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
<strong style="margin: 0px; padding: 0px;">Diperlukan Koordinasi</strong></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Jika Jokowi serius mengelola Ciliwung, maka diperlukan koordinasi dengan semua pihak. Koordinasi dengan lembaga-lembaga lain, seperti KLH dan BPPT serta berkoordinasi dengan Pemprov yang lain, yakni Pemprov Jabar, karena hulu Ciliwung terletak di Puncak. Pemerintah Daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta perlu melakukan pembatasan limbah kegiatan instansional, agar kualitas air di sungai tidak melebihi baku mutu sesuai dengan peruntukannya. Pengelola DAS Ciliwung perlu pula melakukan pembatasan kuantitas dan kualitas domestik yang masuk ke sungai, di antaranya dengan pembuatan IPAL komunal. Kemudian, dalam penetapan program pengendalian beban pencemaran, masing-masing wilayah administrasi harus memiliki acuan nilai daya tampung sebagai nilai target dalam pengendalian beban pencemaran. Oleh karena itu, masing-masing pimpinan wilayah serta <em style="margin: 0px; padding: 0px;">stake holder</em> DAS Ciliwung bertanggung jawab merumuskan program pengendalian beban pencemaran. Perencanaan program pengendalian beban pencemaran dapat dimulai dengan mengidentifikasi sumber-sumber beban pencemaran. Pengawasan sumber beban pencemaran agar sesuai dengan baku mutu limbah cair perlu rutin dilakukan dengan implementasi penegakan hukum.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial; font-size: 14px; line-height: 19px; padding: 5px 0px;">
Pengelolaan DAS Ciliwung harus melibatkan seluruh stake holder, pemerintah dan masyarakat serta pelaksanaan program-program yang telah direncanakan haruslah berkesinambungan. Program pengendalian beban pencemaran tidaklah dilakukan hanya sesaat, namun harus berkelanjutan dan sinergis dengan program-program pengendalian beban pencemaran antar segmen. DAS merupakan kesatuan sumberdaya yang saling berinteraksi, interaksinya tidak dibatasi oleh batas administrasi pemerintahan. Oleh karena itu, rencana dan implementasi program pengelolaan DAS harus terpadu. Pengelolaan Terpadu Sumberdaya Alam suatu DAS memerlukan komitmen bersama untuk bertindak secara sinergis terkoordinasi agar target. Kualitas air Sungai Ciliwung memenuhi baku mutu peruntukan tertentu dapat tercapai.</div>
</div>
Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-42239635869496106992012-10-01T21:26:00.003-07:002012-10-01T21:26:36.931-07:00Forecasting Volume Sampah Kota Depok<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: left;">Pembangunan
perekonomian dan perkembangan penduduk harus diikuti dengan pemeliharaan
kelestarian lingkungan. Masalah sampah merupakan masalah lingkungan yang perlu
diperhatikan dan segera diatasi. Di Kota Depok, volume sampah terus meningkat,
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas
masyarakat.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pemerintah
Kota Depok seharusnya dapat mengantisipasi peningkatan volume sampah, yakni dengan mempersiapkan sarana pengolahan
sampah yang memadai. Keterbatasan sarana pengolahan sampah yang tidak sebanding
dengan volume sampah dapat mengakibatkan sampah tidak dapat terangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Pemkot Depok harus mengefektifkan fungsi Unit
Pengolahan Sampah (UPS) di tiap wilayah, agar pengelolaan sampah sejalan dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Pemkot Depok harus dapat meramalkan jumlah
sampah yang dihasilkan, sehingga pengelolaan sampah dapat lebih efektif serta
dapat melakukan antisipasi ketika volume sampah melebihi daya tampung sarana
pengelolaan sampah.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">Saat
ini volume sampah dari enam kecamatan di Depok sudah mencapai 3.500 m3 per
hari. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 1.300 - 1.500 m3 yang dapat terangkut
ke TPA Cipayung. Kondisi ini terjadi antara lain karena keterbatasan sarana
maupun prasarana di TPA Cipayung. </span></span></blockquote>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">TPA Cipayung memiliki luas keseluruhan
mencapai 10,1 hektare, dengan penerapan </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">system sanitary landfield</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">.
Setiap harinya, sampah yang datang ditimbun dengan tanah merah setinggi 10-12
cm. Kemudian, air limbahnya dibuang ke bak penampungan. Meningkatnya volume
sampah harian dikhawatirkan melebihi daya tampung TPA Cipayung.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">Dari
wacana diatas, terdapat permasalahan dalam pengelolaan sampah di Kota Depok,
yakni (1) Terus meningkatnya volume sampah di Kota depok;</span><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"> </span><span style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;">(2) Daya tampung TPA Cipayung yang terbatas
cenderung menurun dengan bertambahnya volume sampah. Pengelolaan sampah yang
berkelanjutan harus memperhatikan daya tampung TPA, dengan memperhatikan volume
sampah yang terus meningkat. Pemkot Depok perlu memprediksi volume sampah di
kota Depok agar dapat mempersiapkan infrastruktur dan sarana prasarana
pengelolaan sampah yang baik. Oleh karena itu, makalah ini akan membuat analisa
komparatif mengenai volume sampah di Kota Depok dan daya tampung TPA Cipayung
dengan menggunakan metode peramalan berdasarkan data volume sampah yang ada.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">Dalam peramalan </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">Time-series Forecasting Model</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">,
dikenal peramalan Penghalusan Eksponensial atau </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">Exponential Smoothing</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">
yakni merupakan rataan bergerak dengan memberikan bobot lebih kuat pada data
yang lebih terakhir dari pada data yang awal. </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">Exponential Smoothing</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"> </span><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">terdiri dari </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">simple exponential smoothing</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">
(SES)</span><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"> </span><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">dan</span><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">
</span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">adjusted exponential smoothing</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"> (AES). </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">Exponential smoothing</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">
lebih cocok untuk mencerminkan variasi yang terjadi seperti </span><b style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">pola siklus atau
efek musiman</b><span style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">.</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">Peramalan volume sampah lebih tepat menggunakan </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">Adjusted Exponential Smoothing,</span></i><span lang="EN-US" style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"> karena terdapat
kecenderungan jumlah sampah yang trend nya terus meningkat. </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">Adjusted exponential smoothing</span></i><span lang="EN-US" style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;"> merupakan <u>r</u></span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%; text-indent: 32.4pt;">amalan penghalusan eksponensial
yang disesuaikan dari <i>simple exponential smoothing</i> (SES) dengan
penambahan suatu faktor penyesuaian kecenderungan/trend, yakni menggunakan rumus:</span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="margin-top: 0cm;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t202"
coordsize="21600,21600" o:spt="202" path="m,l,21600r21600,l21600,xe">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t202" style='position:absolute;
margin-left:71.25pt;margin-top:3.6pt;width:276.45pt;height:54pt;z-index:251656192'
fillcolor="#f9c" stroked="f">
<v:shadow color="#1c1c1c"/>
<v:textbox style='mso-next-textbox:#_x0000_s1026'/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]-->
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="5" width="95"></td>
</tr>
<tr>
<td></td>
<td bgcolor="#FF99CC" height="76" style="background: #FF99CC; vertical-align: top;" width="373"><!--[endif]--><!--[if !mso]--><span style="mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251656192;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td><!--[endif]-->
<div class="shape" style="padding: 3.6pt 7.2pt 3.6pt 7.2pt;" v:shape="_x0000_s1026">
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<b><span lang="EN-US"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rumus
<i>simple exponential smoothing</i> (SES):<o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="EN-US">F<sub>t+1</sub> = </span><a href="" name="OLE_LINK1"><span lang="EN-US">a</span></a><span lang="EN-US">D<sub>t</sub> + (1-</span><span lang="EN-US">a</span><span lang="EN-US">)F<sub>t</sub></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<!--[if !mso]--></td>
</tr>
</tbody></table>
</span><!--[endif]--><!--[if !mso & !vml]--><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> <!--[endif]--><!--[if !vml]--></span></td>
</tr>
</tbody></table>
<!--[endif]--><span lang="EN-US"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br clear="ALL" />
</span><div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dimana:<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="EN-US">F</span><span lang="EN-US" style="position: relative; top: 1.5pt;">t+1</span><span lang="EN-US"> = ramalan untuk periode berikutnya; D</span><span lang="EN-US" style="position: relative; top: 1.5pt;">t</span><span lang="EN-US"> = data aktual dalam periode sekarang; F</span><span lang="EN-US" style="position: relative; top: 1.5pt;">t</span><span lang="EN-US"> = ramalan yang telah ditentukan
sebelumnya untuk periode sekarang; </span><span lang="EN-US">a</span><span lang="EN-US">= faktor tertimbang yang
disebut sebagai konstanta penghalus.</span> </span></div>
<!--[endif]-->
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Secara singkat, kesimpulan dari tehnik peramalan yang sudah dilakukan adalah:<span lang="EN-US" style="display: none;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -21.6pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">1)<span style="line-height: normal;"> </span></span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">Berdasarkan hasil peramalan
dengan metode </span></span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">simple
exponential smoothing</span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"> (SES) dan <i>adjusted exponential smoothing</i> (AES),
volume sampah di Kota Depok tren nya terus meningkat. Pemkot Depok hingga tahun
depan (2010) dapat dikatakan hanya perlu menambah sarana pembuangan sampah,
karena di tahun 2010 volume sampah mencapai </span><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">1.293.290,23 m<sup>3</sup> dan sampah masih dapat ditampung oleh TPA
Cipayung.<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -21.6pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">2)<span style="line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">Ketika periode peramalan
volume sampah diperpanjang hingga 2019, diperoleh nilai perkiraan volume sampah
mencapai </span></span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">12.106. 074, 44</span><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"> m<sup>3</sup>. Artinya, pada
tahun 2019 TPA Cipayung telah habis masa pakai dan tidak dapat lagi menampung
sampah. Setidaknya 2 tahun sebelumnya, Pemkot Depok harus dapat mencari tempat
alternatif TPA untuk menggantikan TPA Cipayung, dan mempersiapkan infrastruktur
untuk TPA yang baru. </span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -21.6pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">3)<span style="line-height: normal;"> </span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">Pemkot Depok dapat pula
menggunakan alternatif teknologi untuk memberdayakan sampah sebagai sumberdaya,
misalnya teknologi daur ulang; menggunakan incenerator; atau pun mengubah gas
metan hasil proses anaerob bakteri pengurai sampah menjadi energi listrik.</span></span><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -21.6pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;"><br /></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 39.6pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 39.6pt; text-align: justify; text-indent: -21.6pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="line-height: 150%;">Kajian singkat by. Rahma Widhiasari with team </span></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<br />
</div>
Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-69669030035675109232012-03-05T21:19:00.002-08:002012-03-05T21:19:55.747-08:00Satus Mutu Air Hilir Ciliwung: Tercemar Berat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="text-align: justify;"><span lang="IT">Daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung </span>yang terbentang dari hulu (Puncak-Bogor) hingga hilir (Ancol-Jakarta) tidak seluruhnya tercemar. Kita masih dapat menyeksikan pemandangan indah dan menyejukan ketika menyusuri bagian hulu Sungai Ciliwung. Namun, tidak demikian dengan hilir sungai yang telah berstatus tercemar berat. Air Sungai Ciliwung sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sama sekali. Di bagian hulu, yakni di wilayah Telaga Warna, status mutu air Kelas I, yaitu peruntukan sebagai air baku air minum. Sedang untuk wilayah Attaawun-Cisarua berada pada status mutu kelas II, yakni dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar, rekreasi, mengairi tanaman dll. Wilayah Jemabatan Gadog-Kelapa Dua berstatus Kelas III, yakni dapat dimanfaatkan untuk pengairan pertanian. Namun hilir Ciliwung, mulai dari Manggarai memiliki status mutu Kelas IV, yang hanya dapat dimanfaatkan untuk mengairi tanaman.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">DAS Ciliwung <span lang="IT">memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi. DAS Ciliwung yang melintasi wilayah Ibu Kota DKI Jakarta, adalah DAS urban yang memiliki arti strategis dalam konteks nasional, yang perlu dikelola secara khusus. </span><span lang="EN-US">Panjang sungai Ciliwung dari bagian hulu sampai muara di pesisir pantai Teluk Jakarta adalah ± 117 km, dengan luas DAS Ciliwung sekitar 347 km<sup>2</sup></span><span lang="IT">. DAS Ciliwung mencangkup areal mulai dari bagian hulu di Tugu Puncak (Kabupaten Bogor) sampai hilir di Teluk Jakarta (Jakarta Utara). Kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung, baik di hulu maupun di hilir tergolong sangat intensif dan pertambahan penduduk cukup tinggi. </span><span lang="EN-US">Perubahan penggunaan lahan, serta bertambahnya kawasan pemukiman di Ciliwung hulu, tengah dan hilir berimplikasi terhadap masuknya polutan ke DAS Ciliwung. Sumber pencemaran Sungai Ciliwung berasal dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. </span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Hasil pemantauan BPLHD (2007) menyebutkan bahwa kualitas air Sungai Ciliwung semakin tercemar pada bagian hilir yaitu berada pada kondisi kelas IV, artinya air Sungai Ciliwung hanya dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Hasil penelitian Fadly (2007) mengungkapkan bahwa kualitas air Sungai Ciliwung yang memasuki Kota Jakarta yaitu bagian hilir telah berada di atas baku mutu air sungai KepGub DKI Jakarta No.582 Tahun 1995, yang artinya telah tercemar. </span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-CA;">Keberagaman kegiatan di sepanjang DAS Ciliwung menimbulkan buangan limbah, yang berkontribusi terhadap peningkatan beban pencemaran di DAS Ciliwung. </span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Badan air memiliki kemampuan untuk memulihkan diri dan melakukan pembersihan diri pada batasan tertentu. Namun beban pencemaran yang terus meningkat dapat menurunkan kemampuan pemulihan diri sungai. kemudian berdampak pada penurunan kualitas air sungai. Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan adalah belum adanya penelitian yang menyeluruh tentang daya tampung di DAS Ciliwung dari hulu ke hilir, padahal kualitas air DAS Ciliwung semakin tercemar dan mengarah pada peningkatan beban pencemaran. Oleh karena itu, perlu diketahui informasi mengenai daya tampung beban pencemaran di DAS Ciliwung, yang kemudian menjadi dasar pengelolaan pengendalian pencemaran di DAS Ciliwung..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: 6.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: 6.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Widhiasari (2010), dengan p</span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">endekatan penelitian kuantitatif-deskriptif </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">melakukan penelitian terhadap DAS Ciliwung. Metode kuantitatif deskriptif </span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi. Tujuannya adalah untuk menjelaskan kondisi kualitas air, beban pencemaran dan daya tampung di DAS Ciliwung, serta mendeskripsikan program pengendalian pencemaran di DAS Ciliwung. Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah dengan perhitungan metode Streeter Phelps (Program<i> </i>QUAL2Kw), observasi lapangan, wawancara mendalam dan studi literatur. Penelitian menggunakan data sekunder, berupa data kualitas air sungai (tahun 2004-2008), data hidrologi sungai, data curah hujan dan data sosial ekonomi. Serta data primer berupa hasil wawancara mendalam, dengan nara sumber yang mewakili pengelola DAS Ciliwung, kepala desa dan lurah di wilayah sekitar DAS Ciliwung. Penelitian dilakukan pada Desember 2009 hingga Februari 2010.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Hasil penelitian </span>Widhiasari (2010) <span lang="EN-US">menunjukan</span>, bahwa k<span lang="EN-US">ondisi kualitas air berdasarkan parameter <i>dissolved oxygen</i> (DO), <i>biological oxygen demand</i> (BOD) dan <i>chemical oxygen demand</i> (COD) di sepanjang Sungai Ciliwung dari tahun 2004 hingga 2008 fluktuatif. Kualitas air Sungai Ciliwung, dari hulu ke hilir menunjukkan trend semakin menurun, semakin ke hilir kualitas air semakin tercemar. </span><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Default" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Pada tahun 2008, konsentrasi DO di hulu (Atta’awun-Katulampa) adalah 6,13-10,29 mg/l; di tengah (Katulampa-Kelapa Dua) konsentrasi DO adalah 3,85-9,19 mg/l dan di hilir (Kelapa Dua-PIK) konsentrasi DO adalah 0,56-3,05 mg/l. Oksigen terlarut semakin kecil konsentrasinya di hilir, dan konsentrasi BOD semakin besar di hilir. Pada tahun 2008, konsentrasi BOD di hulu (Atta’awun-Katulampa) adalah 1,8-4,8 mg/l; di tengah (Katulampa-Kelapa Dua) konsentrasi BOD adalah 2,6-14,15mg/l dan di hilir (Kelapa Dua-PIK) konsentrasi DO adalah 7,9-19,58 mg/l. </span></div><div class="Default" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="Default" style="text-align: justify;">Penelitian Widhiasari (2010), d<span lang="EN-US">alam perhitungan menggunakan program QUAL2Kw, Sungai Ciliwung dibagi menjadi 6 segmen. Hasil analisa menunjukan bahwa beban pencemaran tertinggi berada di segmen 6 (Manggarai-Ancol) yakni sebesar 20.674,66 kg/jam. Beban pencemaran Sungai Ciliwung, dari hulu ke hilir meningkat signifikan di bagian hilir yakni di wilayah DKI Jakarta. Dari hasil analisa menggunakan program<i> </i>QUAL2Kw p</span><span lang="EN-US">rofil DO di hulu Sungai Ciliwung memperlihatkan bahwa konsentrasi DO mencapai 7-9,8 mg/l, kemudian mulai menurun di bagian tengah (2-6,8mg/l) dan di hilir konsentrasi DO (0,30-2 mg/l). </span><span lang="EN-US">Dari hasil simulasi daya tampung beban pencemaran BOD, didapatkan bahwa keenam segmen tidak memiliki daya tampung untuk baku mutu kelas I dan kelas II. Pada baku mutu kelas III, segmen 1 dan segmen 2 masih memiliki daya tampung untuk baku mutu kelas III, pada ruas Kedung Halang-Pondok Rajeg (segmen 3), telah melampaui daya tampung untuk baku mutu kelas III. Jadi, segmen 3 hingga segmen 6 sudah tidak memiliki daya tampung untuk baku mutu kelas III. Jika konsentrasi BOD dibandingkan dengan baku mutu kelas IV, segmen 1 hingga segmen 5 masih memiliki daya tampung untuk baku mutu kelas IV. Ruas Kwitang-Ancol (segmen 6), telah melampaui daya tampung untuk baku mutu kelas IV. Jadi, segmen 6 sudah tidak memiliki daya tampung untuk baku mutu kelas IV. </span><span lang="EN-US">Kondisi ini didukung dengan nilai konstanta aerasi di bagian hilir semakin kecil, yang artinya kemampuan pulih diri badan air di bagian hilir pun semakin kecil. </span><span lang="EN-US">Program pengendalian beban pencemar dapat dilakukan melalui pengelolaan badan air dan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan media berfokus pada perbaikan kualitas air sungai dengan melakukan reduksi BOD, meningkatkan debit air serta meningkatkan suplai oksigen.</span> By. Rahma Widhiasari<o:p></o:p></div><div class="Default" style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-38622921193341306182012-02-07T20:23:00.000-08:002012-02-07T20:23:28.821-08:00Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan DAS Ciliwung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">Konsep Pembangunan Berkelanjutan, tentunya tidak asing lagi bagi insan lingkungan. Tulisan ini untuk kembali mengingat tentang apa itu pembangunan berkelanjutan? Dan, bagaimana prinsip pembangunan berkelanjutan diterapkan dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). </span><span lang="EN-US" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, terdapat beberapa komponen yang harus diimplementasikan dalam perencanaan pembangunan, komponen tersebut adalah:</span><span lang="EN-US" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">Prinsip dasar piagam bumi (normatif, sistim nilai)</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">; </span><span lang="EN-US" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">Kesepakatan global (partisipatif, lintas pelaku)</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">; dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">Sistim pengelolaan pembangunan (proses perencanaan-pembiayaan-pelaksanaan-pengedalian pembangunan)</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%; text-align: left;">.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan..</span><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Demikian pula dalam rencana pengelolaan Ciliwung, selain memanfaakan potensi ekonomi baik dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan maupun pemanfaatan sumberdaya air, seharusnya menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pemanfaatannya. Hal ini misalnya, ketika pemanfaatan Sungai Ciliwung sebagai wadah buangan limbah, seharusnya stake holder memperhatikan daya tampung atau kemampuan asimilasi Sungai Ciliwung dalam mengencerkan limbah. Selain itu, penggunaan lahan dan aktivitas mengkonversi hutan di sekitar DAS Ciliwung menjadi lahan pertanian, perkebunan atau pun pemukiman seharusnya memperhatikan daya dukung lingkungan.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Namun pada kenyataannya, penggunaan lahan di sekitar bantaran Sungai Ciliwung, serta pemanfaat Ciliwung sebagai tempat buangan limbah telah mengabaikan prinsip ekologi. Sungai Ciliwung semakin tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga. Kondisi tanah di sekitar Sungai Ciliwung hilir semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat, pupuk maupun pestisida. Masalah pencemaran ini disebabkan masih rendahnya kesadaran para pelaku dunia usaha ataupun kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kualitas lingkungan yang baik. Sehingga ada kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan penurunan daya tampung Sungai Ciliwung</span></div><div class="MsoBodyText3" style="line-height: 150%; mso-pagination: widow-orphan; tab-stops: 36.0pt;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Pembangunan berkelanjutan menjadi sebuah konsep yang sangat penting untuk mensinergiskan dengan pengelolaan DAS Ciliwung. Berdasarkan program pengelolaan DAS Ciliwung di atas kita dapat mengidentifikasi masing-masing program tersebut apakah telah sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, yang salah satunya adalah komponen Prinsip Dasar Piagam Bumi. </span><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText3" style="line-height: 150%; mso-pagination: widow-orphan; tab-stops: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Pada dasarnya program-program pengelolaan Sungai Ciliwung yang dicanangkan oleh </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, Departemen Kehutanan, sesuai dengan Prinsip Menjaga keutuhan ekologi. Namun ketika program tersebut dilaksanakan, tercapailah tujuan menjaga keutuhan ekologi yang juga berdampak pada menjaga komunitas kehidupan dan memelihara keadilan sosial dan ekonomi. </span><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Hal ini misalnya, ketika dilaksanakan program p</span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-CA;">engolahan air tercemar dengan teknologi lahan basah (Constructed Wetland) yang tujuan utamanya adalah <b>menjaga keutuhan ekologi</b>. Pengolahan air tercemar dengan teknologi lahan basah bertujuan untuk meminimalisasi limbah yang masuk ke Sungai Ciliwung, namun ini juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar Sungai Ciliwung yang dapat terus menikmati sumberdaya perairan Sungai Ciliwung. Sebagai barang publik, Sungai Ciliwung dapat dimanfaatkan semua lapisan masyarakat, tidak hanya kalangan industri yang berhak membuang limbah ke Sungai Ciliwung, namun masyarakat juga memiliki hal untuk menikmati sumberdaya Sungai Ciliwung. Sehingga dalam hal ini, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">program p</span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-CA;">engolahan air tercemar dengan teknologi lahan basah (Constructed Wetland) juga sesuai dengan prinsip piagam bumi yang lain, yakni </span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">memelihara keadilan sosial dan ekonomi.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">Dalam pelaksanakan program pengelolaan Sungai Ciliwung diperlukan pula partisipasi masyarakat sekitar untuk turut aktif sebagai subjek dan objek program. Oleh karena itu, seharusnya dalam penyusunan rencana program pengelolaan Sungai Ciliwung digunakan pendekatan partisipatif yang mengakomodasi keinginan masyarakat. Sehingga dalam hal ini terpenuhi<b> prinsip demokrasi, anti kekerasan, dan perdamaian. <o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-CA;">Demikian pula dengan pelaksanaan program lainnya, misalnya program percontohan pemilahan sampah organik dan anorganik, yang kemudian hasil olahan sampah organik adalah pupuk kompos. Jika program ini terus dilaksanakan, maka secara ekonomi program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Program pemilahan sampah organic dan anorganik yang menghasilkan produk akhir yakni pupuk kompos akan memberikan hasil rupiah, dan ini tentunya memiliki peran dalam memberantas kemiskinan. Masyarakat yang turut serta dalam produksi kompos dari sampah organik dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil penjualan pupuk kompos. Hal ini sesuai dengan prinsip Deklarasi Pembangunan Berkelanjutan, yakni <b>Memberantas kemiskinan dan menerapkan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan</b>.</span><span lang="SV" style="font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Kemudian, untuk program hutan rakyat, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">yakni membangun Hutan Rakyat Kemitraan, dimana dalam pembuatannya dilakukan melalui ikatan kerjasama yang saling menguntungkan antara masyarakat sebagai pemilik lahan dengan pengusaha industri perkayuan. Pengusaha industri perkayuan disini, lebih diutamakan pada pengusaha kayu local berskala kecil, agar pasokan kayu dari masyarakat dapat lebih mudah diperoleh. Pembangunan model hutan rakyat kemtraan dimaksudkan untuk memperoleh bentuk hutan rakyat kerjasama antara masyarakat kelompok tani hutan rakyat dengan industri perkayuan yang saling menguntungkan dan mampu meningkatkan produksi kayu bahan baku industri perkayuan serta kesejahteraan masyarakat. Program hutan rakyat ini sangat sesuai dengan prinsip Deklarasi Pembangunan Berkelanjutan: Menggalang komitmen bersama membangun secara berkelanjutan. Berdasarkan program-program di atas, program pengelolaan Sungai Ciliwung dapat dikatakan telah memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan. </span><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><b>Program telah sangat baik, namun, bagaimana implementasinya? Ini tentu masih menjadi PR bersama, bagi pemerintah dan masyarakat. Ini karena, hingga 2011, hilir Ciliwung masih berstatus tercemar berat</b>.</span><b><span style="font-size: 11.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-48626863335079398982011-08-23T02:24:00.000-07:002011-08-23T02:24:39.922-07:00Energi Nabati dan Pengurangan Emisi Karbon<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="Default"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif";"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Energi nabati, tentu bukan suatu hal yang asing kan? Tulisan ini hanya untuk memotivasi para peneliti yang bergerak di energy terbarukan. Meski belum banyak teraplikasi, namun potensi energy nabati sangat besar di masa mendatang </span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;"><span>:)</span></span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Peningkatan jumlah penduduk berkorelasi positif dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Data ESDM, k</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">onsumsi energi final (tanpa biomasa untuk rumah tangga) diperkirakan tumbuh rata-rata 6,7% per tahun.</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> Sedangkan</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> pangsa permintaan energi final menurut jenis, terdiri dari BBM (33,8%), gas (23,9%), listrik (20,7%), batubara (14,9%), LPG (2,6%), BBN (2,9%), dan biomasa komersial (1,1%).<span> </span>Sementara itu, a</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">sk</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">es</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> masyarakat terhadap energi (modern) masih terbatas</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Rasio elektrifikasi tahun 2010 sebesar 67,2% (32,8% rumah tangga belum berlistrik)</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. Saat ini, p</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">engembangan infrastruktur energi </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">di </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">daerah perdesaan/terpencil dan pulau-pulau terluar pada umumnya belum mendapatkan akses energ</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">i.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Menurut Soerawidjaja (2010), </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari minyak nabati. Bahan bakar nabati yang dapat dikembangkan adalah biodiesel dan bioethanol. Bahan baku hayati biofuel dapat berasal dari produk-produk pertanian yang sangat berlimpah di Indonesia</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">E</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">nergi nabati adalah satu-satunya sumber energi terbarukan</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">,</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> <span lang="IN">yang merupakan sumber daya bahan bakar </span></span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">jadi</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> mampu menggantikan bahan bakar fosil dalam semua pasar energi. Sedangkan energi terbarukan yang lain, seperti sinar surya, tenaga air, tenaga angin, panas bumi, arus laut, </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">dan lainnya, </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">hanya mudah dikonversi menjadi listrik. <span> </span>Pemanfaatan energi nabati dapat menggunakan teknologi dan mesin yang selama ini sudah matang dikembangkan untuk mendayagunakan sumber daya fosil. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">S</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">umber daya hayati Indonesia berlimbah, potensial bagi pengembangan energi nabati. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">E</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">nergi nabati dalam penelitian ini dikhususkan pada biomassa bahan-bahan organik dari tumbuhan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">P</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">otensi energi nabati, yakni sumber daya hayati tersedia di semua pulau</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">, sehingga dapat menjadi alternatif solusi bagi permasalahan kesulitan </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">transmisi</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">dan <span> </span>distribusi listrik maupun </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">bahan bakar minyak</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. <span> </span></span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Sejauh ini, i</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">nterkoneksi jaringan listrik hanya mungkin atau bernilai ekonomis untuk pulau-pulau besar dan sejumlah pulaupulau relatif kecil di dekatnya. Sejumlah besar pulau (> 10.000) harus bisa menghasilkan dan memenuhi kebutuhan bahan bakar dan listriknya sendiri (<i>self-sufficient</i>). Sementara, banyak propinsi dan pulau tak memiliki cadangan bahan bakar fosil yang memadai atau bahkan nihi</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">l</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. Bangsa Indonesia dikaruniai biodiversitas dan lahan potensial yang amat besar. Seharusnya potensi sumber daya hayati </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">dapat </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">didayagunakan</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> sebagai sumber energy nabati. Hal ini mewujudkan pemanfaatan energi</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> berkelanjutan untuk memperkuat keterjaminan pasokan energi</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">melancarkan pertumbuhan ekonomi yang merata, dan turut meredam emisi gas-gas rumah kaca.</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5e13YlAWihCn_6vGq2QamK-X3RRdyKV8WfE5qVOLxqxnZQA5-ypqFrweKwX2PLW0mOfLW1Wp7zb58VEpsVIHsK-3qYZ52gHM-TlDM6VvM8JFPgqGwgSvRIplDB5_OnN55wAaWamQ1Lvk/s1600/biofuelphoto81.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5e13YlAWihCn_6vGq2QamK-X3RRdyKV8WfE5qVOLxqxnZQA5-ypqFrweKwX2PLW0mOfLW1Wp7zb58VEpsVIHsK-3qYZ52gHM-TlDM6VvM8JFPgqGwgSvRIplDB5_OnN55wAaWamQ1Lvk/s1600/biofuelphoto81.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Energi nabati sebagai bagian bioenergi</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> merupakan komponen kunci dan jalur strategis dalam perjuangan mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Oleh sebab itu, bioenergi merupakan sektor perekonomian<span> </span>energi dunia yang paling dinamik dan berubah cepat.<span> </span>Pertumbuhan pesat industri bahan bakar nabati (BBN, <i>liquid biofuels</i>) pada dekade ini telah kita alami bersama.<span> </span>Pada tahun 2005, bioenergi memasok sekitar 10 % dari kebutuhan energi dunia dan merupakan 78 % dari seluruh pasokan energi terbarukan.</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Pemanfaatan energi nabati merupakan implementasi pemanfaatan energi ramah lingkungan yang dapat mengurangi emisi karbon</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. P</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">emanfaatan energi nabati dapat memanfaatkan inisiatif energi bersih, melalui program clean development mechanism (<em><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">CDM</span></em>).<span> </span>Melalui CDM, Indonesia dapat mengimplementasikan pemanfaatan energi nabati, dengan berkerja sama dengan negara industri . Pada 2010, Indonesia ber k</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">omitmen penurunan emisi 26%</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">, dan ini dapat diwujudkan dengan pemanfaatan energi nabati.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"><span> </span><u>Potensi Kekayaan Alam </u></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Indonesia memiliki sumber-sumber energy nabati yang berlimpah. </span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Sumber-sumber energi hijau di Indonesia yang sudah dieksploitasi di Indonesia, diantaranya adalah ubi, jarak dan<span> </span>kelapa sawit. Menurut Soerawidjaja (2010), Indonesia juga harus mampu mengungkap dan merealisasikan potensi tersidik dari tumbuhan-tumbuhan energi multiguna kawasan tropik seperti :<span> </span>kranji/mabai (<i>Pongamia pinnata</i>), nyamplung/bintangur (<i>Calophyllum inophyllum</i>),<span> </span>nimba (<i>Azadirachta indica</i>),<span> </span>gatep pait (<i>Samadera indica</i>),<span> </span>jarak pagar (<i>Jatropha curcas</i>), kelor (<i>Moreinga oleifera</i>),<span> </span>kacang hiris (<i>Cajanus cajan</i>),<span> </span>sukun (<i>Artocarpus altilis</i>), serta<span> </span>aneka alga mikro. Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki,<span> </span>Indonesia berpotensi menjadi<span> </span>produser utama </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">energy nabati di dunia dengan memproduksi BBN</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">. Indonesia adalah negara dengan kepemilikan kapasitas </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">&</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> kualitas produksi BBN tertinggi dibandingkan negara- negara lain. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 54pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"><br />
</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><u><b><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Potensi Mengurangi Emisi Karbon</span></b></u></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi polutan yang berbahaya terhadap kesehatan. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan penggunaan minyak solar. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Pertimbangan lain untuk penggembangkan biodiesel adalah makin tingginya harga minyak bumi dan untuk mengurangi emisi </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">gas rumah kaca (GRK)</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Program </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">m</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">enurunkan emisi GRK dari segi sumber emisi (<i>source</i>) maupun penyediaan wadah (<i>sink</i>) sehingga dapat meredam pemanasan dan perubahan iklim global. Teknologi untuk mitigasi GRK dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: untuk sisi penawaran dan untuk sisi permintaan. Untuk sisi penawaran dapat dilakukan<span> </span>dengan menggunakan sistem konversi yang lebih efisien, mengubah bahan bakar dari energi yang mempunyai emisi tinggi menjadi energi yang mempunyai emisi rendah, dan meningkatkan<span> </span>penggunaan energi terbarukan. Untuk sisi permintaan dapat melalui <i>demand side management</i> dan penggunaan peralatan yang lebih efisien. Adaptasi dilakukan melalui penyesuaian sistem produksi maupun perubahan perilaku kedalam program-program baik jangka pendek, menegah dan panjang dalam rangka mengimplementasikan mitigasi GRK.</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Penggunaan BBM yang merupakan bahan bakar fosil ini secara langsung akan berpengaruh pada besarnya emisi GRK.</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"> Sementara, s</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">ektor transportasi merupakan konsumen BBM terbesar di Indonesia yang mencapai 33,3 juta kl pada tahun 2005. Konsumsi BBM diperkirakan akan terus meningkat dengan pertumbuhan sebesar 6,2% per tahun. BBN merupakan energi terbarukan yang berpotensi menjadi salah satu opsi untuk mitigasi GRK di sektor tranportasi pada saat ini. Diharapkan di masa mendatang BBN juga dapat menjadi substitusi BBM di sektor lainnya. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Beberapa penelitian telah dilakukan u</span><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">ntuk mengetahui potensi pengurangan emisi GRK dari pemanfaatan BBN</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Potensi Pengurangan Emisi CO2 dari Penggunaan Biodiesel</span></div><div align="center"> <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 4.65pt; width: 568px;"><tbody>
<tr style="height: 36.75pt;"> <td nowrap="nowrap" style="border: 1pt solid windowtext; height: 36.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135.45pt;" valign="top" width="181"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Parameter</span></b></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 36.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 77.95pt;" valign="top" width="104"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Unit/Tahun</span></b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 36.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Jangka Menengah (2010-2015)</span></b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 36.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 99.2pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Jangka Panjang (2015-2025)</span></b></div></td> </tr>
<tr style="height: 15.75pt;"> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135.45pt;" valign="bottom" width="181"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Substitusi Minyak Solar </span></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 77.95pt;" valign="bottom" width="104"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Ton minyak </span></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="bottom" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">6,000,000 </span></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 99.2pt;" valign="bottom" width="132"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">16,000,000</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 15.75pt;"> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135.45pt;" valign="bottom" width="181"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Pengurangan Emisi CO2 </span></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 77.95pt;" valign="bottom" width="104"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Juta ton </span></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="bottom" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">19.12 </span></div></td> <td nowrap="nowrap" style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 15.75pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 99.2pt;" valign="bottom" width="132"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">50.98</span></div></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;">Penanaman biomasa termasuk kelapa sawit merupakan sumber penyerapan CO2 karena adanya proses fotosintesis dan respirasi. Pengembangan kebun kelapa sawit dengan pola tanpa bakar (zero burning) dapat menghasilkan O2, menyerap CO2 (diprakirakan sekitar 22.470 ton CO2/ha) dan menghasilkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Satu hektar kebun sawit yang sudah rerproduksi dapat menghasilkan biomassa berupa batang, pelepah dan tandan sawit sebesar 36 ton per tahun. Jumlah biomassa sebanyak ini dapat menyerap emisi CO2 sebanyak 25 ton per tahun dan mengubahnya menjadi udara bersih berupa O2 sebanyak 18 ton per tahun (Deptan, 2008). Potensi ini dapat ditransaksikan melalui mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism-CDM). Kegiatan sektor pertanian dan kehutanan lain yang terkait mitigasi GRK adalah: memanfaatkan biomas sebagai pengganti bahan bakar fosil, dan<span> </span>perluasan areal pertanian dengan tidak membuka hutan. by. Rahma Widhiasari</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-6832340329033386512011-08-01T21:52:00.000-07:002011-08-01T21:58:40.922-07:00Mengkritisi Kelambatan Pemerintah dalam Penyelesaian Pencemaran Minyak Montara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Hampir dua tahun telah berlalu. Namun, kejelasan status </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">ganti rugi pencemaran minyak Blok Montara tidak diketahui</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> ujungnya. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Pencemaran minyak Blok Montara di Laut Timor terjadi akibat ledakan kilang minyak Montara, Australia, pada 21 Agustus 2009. Blok Montara terletak di Blok Atlas Barat, Laut Timor, yang dioperasikan PTTEP Asutralasia. Akibat ledakan, setiap hari kilang </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">itu</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> memuntahkan 500.000 liter minyak mentah, gas, kondensat, dan zat timah hitam yang mencemari 16.400 km wilayah Laut Timor. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Pencemaran </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">tersebut</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> mengakibatkan terancamnya 17.000 masyarakat pesisir Pulau Timor</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">, berdampak dahsyat terhadap masyarakat di </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua. Bahkan, nelayan Kolbano di Timor Tengah Selatan tak dapat menangkap ikan di pantai selatan Pulau Timor. <span class="konten">Usaha nelayan di wilayah perairan Rote Ndao dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara terancam gulung tikar akibat meledaknya ladang minyak Montara di dekat gugusan Pulau Pasir </span><i><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">(ashmore reef) </span></i><span class="konten">yang menjadi pusat pencarian ikan dan biota laut lain oleh nelayan tradisional. </span>Berbagai perubahan terjadi mengindikasikan telah terjadi gangguan lingkungan perairan sebagai habitat ikan, alga</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> dan rumput laut. Jutaan ikan diduga bermigrasi akibat perubahan lingkungan sekitarnya, dan populasi rumput laut menurun sebagai dampak pencemaran.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Pada </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Mei 2011, Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) mengungkapkan</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">tidak ditemukan lagi tumpahan minyak di pantai-pantai di NTT secara signifikan seperti pada waktu awal kejadian. Menurut YPTB, </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">ini disebabkan karena tumpahan minyak telah ditenggelamkan oleh </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">AMSA (<i>Australia Maritime Safety Authority</i>) dengan menggunakan bubuk kimia sangat beracun Corexit 9500 dalam jumlah sangat besar yang diperkirakan mencapai jutaan liter. Faktanya, Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut (Tim Nas PKDTML) hanya mengikuti skenario PTTEP Australasia, dan bersepakat </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">menyatakan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">tidak ditemukan tumpahan di perairan. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Hasil surve</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">i</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> YPTB me</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">nunjukkan, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">tumpahan minyak Montara bercampur zat timah hitam dan Corexit 9500 itu masih tetap mengendap di dasar </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">L</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">aut Timor dan di</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">bawah pasir.</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Jika dibandingkan dengan yang terjadi di Teluk Meksiko, penanganannya lebih pada pendekatan alamiah dan ramah lingkungan. Menghindari penggunaan bubuk kimia. Diperlukan, penelitian lanjutan yang menyeluruh </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">independen dan transparan untuk menelusuri fakta dampak pencemaran di Laut Timor. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Apalagi p</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">encemaran</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> ini menyebabkan masyarakat pesisir, nelayan, dan Pemerintah Daerah NTT menderita kerugian yang besarnya mencapai </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Rp 510 miliar. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ3YUIKADImIqNMoIs6HJXpUYQJBSWsjMp2BAJs2TM5krBY5h9UNiqzXrut_S-fozEN_gHupbgXiiJzBhHATPp91D6IYr-iTVUwC5TrBx8scgT7a16bymev4Ns6tmw3cUetUmZvv4uoAI/s1600/montara1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ3YUIKADImIqNMoIs6HJXpUYQJBSWsjMp2BAJs2TM5krBY5h9UNiqzXrut_S-fozEN_gHupbgXiiJzBhHATPp91D6IYr-iTVUwC5TrBx8scgT7a16bymev4Ns6tmw3cUetUmZvv4uoAI/s320/montara1.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> sumber gambar: http://www.matanews.com</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><u><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Hitung Kerugian </span></b></u></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span></b><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">T</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">umpahan minyak dari Blok Montara yang masuk ke wilayah perairan Indonesia telah mengakibatkan kerugian ekonomi, social</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> dan lingkungan yang berdampak tahunan. Bencana ini, merugikan ribuan nelayan dan pembudidaya rumput laut di NTT, menurunkan fungsi kelautan, mematikan biota laut, dan menurunkan keanekaragaman hayati, serta berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa pen</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">g</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">angguran dan menambah angka kemiskinan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Seperti diketahui, l</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">ebih dari 60 persen penduduk Indonesia tinggal di kabupaten/kota yang berhadapan dengan wilayah laut, dan sekitar enam juta kepala keluarga menggantungkan kebutuhan ekonominya dari sektor perikanan. Khusus untuk NTT, bila </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">soal pencemaran ini tak cepat </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">disikapi pemerintah, nasib kurang lebih 17 ribu warga NTT yang menggantungkan hidupnya dari laut terancam. Sebab, t</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">umpahan minyak di laut dapat menimbulkan polusi dengan bahaya yang beragam. Dan jenis polutan dari minyak bumi itu bisa bersumber dari fraksi ringan, fraksi berat dan logam berat. Dan ini semua memberi ancaman bagi ekosistem kelautan, misalnya terganggunya kehidupan fitoplankton, terumbu k</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">a</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">rang, mangrove, rumput laut dan padang lamun, kehidupan ikan dan spawning ground. Bagi masyarakat, dampaknya berupa pendapatan nelayan menurun, kehilangan pekerjaan, gangguan kesehatan, estetika perairan rusak, dan ekonomi keluarga terganggu.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Oleh karena itu, u</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">ntuk melakukan klaim dapat dilakukan dengan menghitung besaran dampak langsung kepada masyarakat, kerusakan secara fisik oleh adanya tumpahan minyak, dan dampak terhadap lingkungan sampai periode pemulihan.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">B</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">eberapa </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">peneliti telah</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> melakukan studi lapangan di Pulau Rote. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Mereka memperoleh informasi bahwa petani-petani rumput laut </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">mengeluh produksi rumput mereka menurun, akibatnya ada yang beralih mencari pekerjaan lain.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Padahal </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">membudidayakan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">rumput laut itu merupakan pekerjaan yang sangat menjanjikan.</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Pemerintah mestinya turun ke lapangan dan melihat langsung melihat langsung kondisi masyarakat yang terkena dampak pencemaran agar mereka tak terus hidup menderita.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> <b>Segerelah </b></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">pemerintah </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">m</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">enyelesaikan masalah pencemaran Laut Tim</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">o</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"><b>r dengan mengedepankan perlindungan terhadap keselamatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan/pesisir</b>. Penyelesaian pencemaran di atas dapat menjadi</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> preseden baik dalam mengatasi masalah pencemaran di laut Indonesia. Bila</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> hal tersebut belum dapat di</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">lakukan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">maka atas dasar pertimbangan kehati-hatian, keselamatan warga</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> dan lingkungan hidup, serta menjamin perlindungan perairan tradisional,</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> presiden </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">patut mengeluarkan kebijakan moratorium pertambangan di wilayah pesisir dan laut</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">. Namun ternyata, pemerintah sangat </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">lamban atau berlama-lama menuntaskan persoalan ini sehingga </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">masyarakat </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">di Provinsi NTT menjadi korban dampak pencemaran ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><u><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span></b><b><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Membandingkan dengan Kasus Teluk Meksiko</span></b></u></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Penyelesaian pencemaran minyak Montara jauh berbeda dengan penyelesaian</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> kasus yang sama di Teluk Meksiko. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Pemerintah AS terus memperjuangkan warganya agar mendapatkan ganti rugi</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">. Peristiw di Teluk Meksiko, menyebabkan British Petroleum (BP mengalami kerugian sebesar 40,9 miliar dolar AS atau Rp 384 triliun, meski demikian mereka juga menyediakan dana 20 miliar dolar AS atau hampir Rp 172 triliun untuk membayar ganti rugiu kepada masyarakat, Pemerintah AS, dan perbaikan lingkungan yang tercemari minyak. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Berbeda</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> dengan yang terjadi di Laut Timor, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">PTTEP Australasia hingga saat ini tidak pernah mengeluarkan satu sen pun</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> sebagai wujud tanggung jawab atas dampak pencemaran itu. Dan ironisnya, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Tim Nas PKDTML tidak pernah melakukan investigasi ilmiah</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">. Rumusan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">klaim yang</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> mereka ajukan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">hanya berdasarkan asumsi-asumsi dengan mengeluarkan angka kompensasi dan luas wilayah pencemaran minyak yang terus berubah setiap saat. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Mestinya, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">pemerintah segera menindaklanjuti proses ganti rugi pencemaran minyak Montara. Perundingan Timnas PKDTML dan PTTEP Australasia harus pula dibuka untuk umum setransparan mungkin dan dapat diinformasikan pada masyarakat. Perundingan Tim</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Nas</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> PKDTML dan PTTEP Australasia harus melibatkan masyarakat.</span></div><div style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), selaku kepala negara, diharapkan dapat mengambil langkah strategis dalam menangani kasus pencemaran di Laut Timor, seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama saat menangani kasus pencemaran di Teluk Meksiko. Tuntutan ganti rugi masyarakat atas pencemaran Laut Timor harus ditindaklanjuti dengan perundingan yang menguntungkan bagi mereka masyarakat yang terkena dampak. Sudah seharusnya pemerintah memperjuangkan kepentingan rakyatnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><b><u><span style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif";">Indonesia vs Montara</span></u></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.7pt;"><span style="color: black; font-family: "Candara","sans-serif";"> Pada 21 Agustus 2009 terjadi ledakan di <i>rig</i> West Atlas, <i>platform</i> sumur minyak Montara di Laut Timor yang terletak sekitar 690 km arah barat Darwin, mengakibatkan pencemaran laut di perairan Australia Barat, Timor Leste dan Indonesia. Tumpahan minyak berlangsung selama 74 hari, hingga 3 November 2009. Operasi penyelamatan berlangsung setelah lima kali percobaan dan kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur sebanyak 3.400 barel yang dipompakan ke sumur minyak. West Atlas dimiliki oleh Seadrill dari Norwegia yang menyewakan <i>rig</i> tersebut kepada PTT Exploration and Production (PTTEP) Australasia, yang 100 persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah Thailand. Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2.000 barel per hari. Pada Oktober 2009, seperti dikonfirmasi PTTEP, penyebaran minyak telah mencapai area seluas 6.000 km2, mengalir sepanjang 120 km, hingga perairan Indonesia. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.7pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Tumpahan minyak </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Blok Montara</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> telah mengakibatkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">. Namun sangat disayangkan, meski telah berlangsung berbulan-bulan namun p</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">emerintah</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">an SBY tak melakukan apapun. Baru setelah kian maraknya protes masyarakat, LSM dan media akhirnya </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">pada 22 Juli 2010 lalu, Presiden</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> SBY </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">menyatakan akan mengajukan klaim ganti rugi</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> kepada </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">PTTEP. Sikap Presiden SBY ini, sangat jauh berbeda dengan Barack Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal 20 miliar dolar AS. Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.7pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Pencemaran Laut Timor terjadi jauh sebelum bencana Teluk Meksiko, mungkin sebagian pihak memaklumi kelambanan Pemerintah Indonesia. Presiden SBY juga mungkin juga tak bisa disamakan keberaniannya dengan Presiden Barack Obama. Namun dengan keberhasilan Obama atas kasus Teluk Meksiko, paling tidak SBY mempunyai contoh bagus sebagai pijakan untuk bersikap. Sikap tanggap, tegas, berani, <i>committed</i> dan memihak rakyat ala Obama mestinya bisa dicontoh untuk membela kepentingan rakyat dan nelayan di NTT sekaligus menuntut pertanggunggjawaban PTTEP. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 22.7pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Oleh sebab itu kita menuntut agar pemerintahan SBY bergegas mengumpulkan informasi dari daerah (pemda dan DPRD Provinsi NTT dan Kabupaten Rote, LSM, dsb) dan menyiapkan klaim ganti rugi bagi masyarakat, menggugat PTTEP, dan menyelesaikan kasus pencemaran Laut Timor secara hukum, demi pemulihan ekosistem, ekonomi masyarakat dan harga diri bangsa yang sebelumnya terabaikan.</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Terakhir, kita harus belajar dari sikap bertanggungjawab BP yang telah berupaya maksimal dan berhasil menghentikan bocoran minyak pada medan yang sulit di laut dalam Teluk Meksiko dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 86 hari).</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><u><b><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Penutup</span></b></u></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Penyelesaian kasus Laut Timor dinilai sangat lambat. Kondisi ini semakin merugikan nelayan dan masyarakat pesisir yang terkena dampak. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan pencemaran minyak pun semestinya dapat segera ditanggulangi. Pemerintah hendaknya segera mengambil langkah tepat dan tidak menunda-nunda penyelesaian kasus pencemaran tersebut. Pemerintah melalui tim nasional, perlu segera ber</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">negosiasi. Bila negosiasi gagal, </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">pemerintah dapat mengajukan gugatan leawt</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> pengadilan dan perusahaan pengeboran itu (PTTEP Australasia) dibawa ke dalam hukum nasional Indonesia dengan UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan PP 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 serta PP 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">P</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">ada 22 Juli 2010 lalu Presiden SBY menyatakan akan mengajukan klaim ke PTTEP Australasia. Sikap SBY ini sangat jauh berbeda dengan sikap Presiden AS</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">, Barack</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Obama yang dalam waktu kurang dari dua bulan berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal 20 miliar</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> dolar AS.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Terkait dengan hal tersebut, </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">maka</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> semua pihak </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">perlu </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">menuntut pemerintahan SBY bergegas mengumpulkan informasi dari daerah, baik itu dari </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">pemda, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">DPRD, LSM dan berbagai elemen masyarakat agar menyiapkan klaim ganti rugi bagi masyarakat, menggugat PTTEP Australasia</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">, dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> menyelesaikan pencemaran Laut Timor secara h</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">u</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">kum</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 17.85pt;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Keberhasilan Obama menegosiasikan penyelesaian kasus pencemaran Teluk Meksiko seharusnya digunakan oleh Presiden SBY untuk menyelesaikan kasus selain Montara juga Lapindo. Kita pun meminta agar kontraktor, baik Lapindo maupun PTTEP menjunjung tinggi nilai etika/moral, menerapkan prinsip-prinsip good governance dan menunjukkan peran serta tanggung`jawab kemanusiaan yang nyata dalam tatanan bisnis global agar kedua kasus pencemaran dapat diselesaikan secara adil dan bermoral.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> <b> </b></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">Indonesia adalah negara berdaulat</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> yang </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">seharusnya</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> berani </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">menuntut agar perusahaan pengebor minyak</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> di Blok </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> Montara itu yang datang ke Indonesia untuk melakukan negosiasi. </span></b><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Seh</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">arusnya </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">pemerintah memanggil</span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";"> <span lang="EN-US">PTTEP Australasia</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">guna mempertanggungjawabkan pencemaran minyak yang telah merugikan rakyat</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";">. </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Sebagai bangsa</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Candara","sans-serif";"> berdaulat, </span><span style="font-family: "Candara","sans-serif";">Indonesia memiliki hak untuk meminta pertanggung jawaban akibat pencemaran tersebut. <b>By. Rahma Widhiasari</b></span></div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-2400373020190919052011-07-09T23:41:00.000-07:002011-07-09T23:41:28.638-07:00Belajar Lagi tentang Deep Ecology<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Pada umumnya manusia tidak memiliki pertanyaan cukup mendalam atau pandangan yang menyeluruh ketika mereka ingin menyelamatkan bumi secara holistik. Para filusuf dapat memotivasi gerakan, semua gerakan bertujuan untuk menyelamatkan bumi dari manusia dan ekploitasi. Ketika kita melihat adanya krisis ekologi, maka kita harus menghemat energi. Tidak ada gunanya meningkatkan konsumsi terus menerus dan menghamburkan energi. Di negara maju, krisis energi melanda karena gaya hidup atau “<i>life style</i>” yang gemar menghabur-hamburkan energi dan sumber daya alam.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dalam penyelamatan ekologi dibutuhkan seorang diktaktor yang memahami keragaman bentuk kehidupan. Atau memiliki pergeseran pandangan nilai terhadap kesadaran lingkungan. Jika memilih pergeseran nilai maka tidak dibutuhkan seorang ditaktor. Dengan kata lain, jika menggunakan cara kasar maka dibutuhkan ditaktor yang tegas. Sedangkan dengan cara halus maka dapat diberikan himbauan untuk menumbuhkan kesadaran yakni mempergunakan alam untuk mewujudkan alam yang harmonis.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Salah satu norma ekologi adalah alam memiliki hak untuk hidup dan berkembang. Seiring dengan perkembangan dunia, maka kita harus membunuh untuk dapat makan. Sedangkan filosofi <i>deep ecology</i> kita tak memiliki hak untuk menghancurkan kehidupan lain tanpa memiliki alasan yang cukup kuat.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Makna lain <i>deep ecology</i>, adalah kematangan dan kedewasaan. </span><i><span lang="EN-US">Deep Ecology</span></i><span lang="EN-US"> disebut sebagai ecosophy, kombinasi antara "eco" yang berarti rumah tangga dan "sophy" yang berarti kebijaksanaan atau kearifan. Jadi, ecosophy bisa <b>berarti kebijaksanaan mengatur hidup selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas</b>.<span> </span>Ecosophy meliputi suatu pergeseran dari sekadar sebagai sebuah ilmu (science) menjadi sebuah kearifan (wisdom).</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ2b41-pgZ85f5lqp5ghN2McnpYSvWFqjo3bQHLwVPFRbLHYUaNiptmlLAU9QqpTqHKy6bn3AUZRXtizenquK4WxydnYvWt-AqpxNfUmu7dXFatH6Hy20Tua_FUMVxg2SE785LNn3BMI0/s1600/deep-ecology.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ2b41-pgZ85f5lqp5ghN2McnpYSvWFqjo3bQHLwVPFRbLHYUaNiptmlLAU9QqpTqHKy6bn3AUZRXtizenquK4WxydnYvWt-AqpxNfUmu7dXFatH6Hy20Tua_FUMVxg2SE785LNn3BMI0/s320/deep-ecology.jpg" width="215" /></a></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: center;"><span lang="EN-US">Sumber Gambar: www.shambhala.com </span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dalam kedewasaan, manusia akan merasakan kegembiraan jika melihat mahkluk lain pun bergembira. Dan sebaliknya, akan menderita jika mahkluk lain menderita. Dalam deep ecology, titik pusat demokrasi adalah biosfer. <i>Deep ecology</i> memandang struktur sosial menuju keadaan fundamental.<i> </i>Gerakan <i>Shallow ecology</i>, hanya membicarakan tentang sumber daya untuk manusia, sedangakan dalam deep<i> ecology </i><span> </span>membicarakan sumber daya untuk setiap spesies.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Shallow ecology</span></i><span lang="EN-US"> lebih memperhatikan hal terkait dengan pertumbuhan penduduk yang berlebihan<span> </span>di negara berkembang. Dan mengabaikan perkembangan populasi yang membludak di negara maju yang merupakan negara-negara industri. Padahal kelebihan populasi penduduk di negara maju bisa menghancurkan seratus kali lebih per kapita dibanding negara seperti Bangladesh.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><i><span lang="EN-US">Deep ecology</span></i><span lang="EN-US" style="color: windowtext;"> tujuannya tidak hanya untuk menstabilkan populasi manusia, namun juga memperhatikan dan membatasi pengurangan sumber daya sesuai batas kemampuan ekologi. Tanpa memerlukan keditaktoran sehingga cukup 1 miliar orang dalam dunia. Ciri <i>deep ecology</i> adalah bertanggung jawab untuk generasi mendatang, generasi kesatu, kedua dan seterusnya. <b>Realisasi diri merupakan realisasi potensi kehidupan. Organisme yang berbeda satu sama lain dalam tiga cara memberi kita kurangnya keberagaman dibanding organisme yang berbeda dengan lainnya dalam seratus cara. Oleh karena itu, pengalaman realisasi diri kita alami ketika meningkatnya jumlah cara individu, masyarakat, bahkan bentuk-bentuk kehidupan lainnya dalam menyadari akan dirinya sendiri. </b></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Secara alamiah, kebanyakan orang<span> </span>di dalam <i>deep ecology</i> biasanya tetapi tidak selalu, memiliki perasaan bahwa mereka terhubung dengan sesuatu yang lebih besar daripada egonya, namanya, keluarganya maupun atribut mereka sebagai seorang individu. Ini merupakan sebuah perasaan yang kerap disebut menyamudera. Pada saat berada di lautan lepas, perasaan ini sering muncul. Tanpa identifikasi seperti ini, seseorang akan sulit digambarkan terlibat dalam deep ecology.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Di sisi lain, <i>Deep ecology<span> </span></i>mungkin saja mempunyai komponen-komponen religius, intuisi mendasar di mana setiap orang harus mengolahnya jika ia menjalani hidup berdasarkan serangkaian nilai dan tak berfungsi layaknya komputer. Sedangkan <i>Shallow ecology</i>, jika dimasukkan ke dalam logika yang ekstrem, seperti suatu analisis biaya-keuntungan yang terkomuputerisasi yang dirancang hanya demi keuntungan manusia. </span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Sangat alamiah, untuk menggabungkan keduanya sebab perspektif lama dalam ruang dan waktu mendorong seseorang bertindak dalam cara konsisten dan mendalam. Selain itu, d<i>eep ecology</i> memperhatikan masalah-masalah yang berdampak<span> </span>jangka panjang, terutama terkait pertanyaan tentang perang dan perdamaian sebab bencana ekologi akibat ulah manusia dan perang nuklir, misalnya, akan menyebabkan kehancuran luar biasa.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Bagi orang-orang yang mendukung konsep deep ecology, hal ini lebih mudah untuk diwujudkan dibanding orang-orang yang berada di luar deep ecology. Sebab, kita yang mendukung deep ecology memiliki nilai-nilai dasar tertentu yang membuat semuanya jelas bahwa kita di negara-negara kaya menentang pembangunan yang menyebabkan meningkatnya dominasi dan mendukung peningkatkan standard hidup.</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><b><span>Jadi, simpulannya</span></b> <i><span lang="EN-US">Deep Ecology</span></i><span lang="EN-US"> <b>memusatkan perhatian kepada seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia</b>. <i>Deep Ecology</i> juga tidak memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka dari itu, prinsip moral yang dikembangkan <i>Deep Ecology</i> menyangkut seluruh kepentingan komunitas ekologis. <i>Deep Ecology </i>mengutamakan prinsip-prinsip moral etika lingkungan yang harus diterjemahkan dalam aksi nyata. Etika lingkungan menyangkut suatu <b>gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif</b> dari sekadar sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis, merupakan gerakan nyata, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau gaya hidup. By. Rahma Widhiasari</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Semoga tulisan ini bermanfaat untuk temen2 yg sedang blajar deep ecology ^__^ </span></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-9161733786428838002011-06-30T00:26:00.000-07:002011-06-30T00:26:22.663-07:00Sekilas Tentang Pencemaran Ciliwung<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Normal (Web)"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Beragam penelitian dan program telah dilakukan untuk Sungai Ciliwung. Namun, sungai ini tetap saja tercemar, bahkan hilir sungai telah berstatus tercemar berat. Tulisan ini sedikit mengulas tentang pencemaran di Sungai Ciliwung. Daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung adalah salah satu DAS di Indonesia, yang merupakan <i>Urban Watershed</i> yang perlu dikelola secara khusus (Kusmana, 2003). DAS Ciliwung memiliki luas areal 347 km<sup>2</sup>, mencangkup areal mulai dari bagian hulu di Tugu Puncak, Kabupaten Bogor sampai hilir Teluk Jakarta sebagai outlet DAS. Kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung, baik di hulu maupun di hilir tergolong sangat intensif dan pertambahan penduduk cukup tinggi. Kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung cenderung mengarah pada penurunan kemampuan lahan dalam meresapkan air, dan melindungi tanah dari erosi, yang pada akhirnya menyebabkan tingginya limpasan permukaan dan erosi.</span><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIq4X0ZDY2K3uCf7Q0vBCu9v8eIIDNEPfop7IJtM7Dgxji8Bx-ejPVwziayX3Lr19l_9URC5wsNl_RC1eHLgzWP1LNkx6tPklxr4rEWm7Pm7_GrsCPHW1iEz9zzr1ZOOqhEG5srTGIDbo/s1600/ciliwung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIq4X0ZDY2K3uCf7Q0vBCu9v8eIIDNEPfop7IJtM7Dgxji8Bx-ejPVwziayX3Lr19l_9URC5wsNl_RC1eHLgzWP1LNkx6tPklxr4rEWm7Pm7_GrsCPHW1iEz9zzr1ZOOqhEG5srTGIDbo/s320/ciliwung.jpg" width="320" /></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; line-height: 150%;"><span> Sumber gambar: http://www.thejakartapost.com/files/images/p04-bbb.jpg</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Selain air, Sungai Ciliwung juga mengalirkan sedimen dan polutan dari hulu hingga ke hilir.<span> </span>Menurut Kusmana (2003), sumber pencemaran Ciliwung berasal dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Beban<span> </span>pencemaran terbesar pada parameter BOD berasal dari permukiman penduduk, terutama di daerah hulu (39 persen) dan di daerah hilir (84 persen). Adapun di daerah tengah yang melalui Kota Bogor sampai Kota Depok, sumber pencemaran didominasi oleh industri. Masing-masing sebesar 64 persen dan 86 persen. Industri yang dimaksud antara lain industri tekstil di daerah Tajur, industri kecil makanan dan minuman, serta pabrik tahu tempe yang umumnya berada di tepi sungai atau anak-anak sungai. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung masih didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan, yaitu 61% dari luas DAS Ciliwung hulu dan 73% DAS Ciliwung tengah (</span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Kusmana, 2003). Kawasan hutan yang terdapat di DAS Ciliwung hulu seluas 5.310 ha. Menurut Kusmana (2003), terjadi penurunan luas hutan di Ciliwung pada tahun 2003, yakni di Ciliwung Hulu seluas 2 ha, perkebunan seluas 35 ha, sawah seluas 62 ha, dan lahan tegalan seluas 152 ha, penurunan penggunaan lahan serupa didapati juga di kawasan tengah. Peningkatan mencolok terjadi pada luas kawasan pemukiman, baik di Ciliwung Hulu maupun Tengah, masing-masing meningkat dari 255 ha menjadi 506 ha untuk Ciliwung Hulu dan dari 1.147 ha menjadi 1.961 ha untuk Ciliwung Tengah, atau peningkatan masing-masing sebesar 98% dan 71% yang diperoleh terutama dari pengurangan luas sawah dan tegalan, baik di kawasn hulu maupun tengah. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Perubahan penggunaan lahan, serta bertambahnya kawasan pemukiman di Ciliwung Hulu dan Tengah berimplikasi pula terhadap masuknya polutan ke DAS Ciliwung. Menurut Kusmana (2003), sumber pencemaran Ciliwung berasal dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Polutan atau sumber pencemaran yang masuk dari bagian hulu dan tengah DAS Ciliwung terus dialirkan hingga ke bagian hilir atau merupakan muara Sungai Ciliwung yang menuju estuari Teluk Jakarta.</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Melalui pergerakan air sungai, aliran air larian (<i>direct runoff</i>), dan aliran air tanah (<i>ground water flow</i>), nutrien, bahan pencemar dan sedimen dari daratan akan terakumulasi di muara sungai. Sumber limbah dari kegiatan di darat, terutama dari kegiatan rumah tangga dan pertanian yang sebagian besar mengandung bahan organik (Dwiyanti, 2009). Proses penguraian bahan organik tersebut akan menghasilkan unsur hara, diantaranya adalah nitrogen (N) dan fosfor (P). Kandungan limbah organik yang berlebihan akibat pembuangan limbah organik di perairan estuari yang melebihi kemampuan daya asimilasi estuari tersebut akan menyebabkan pencemaran estuari dan menimbulkan pengkayaan nutrien berlebihan (eutrofikasi). Akumulasi beban pencemaran DAS Ciliwung yang mengalirkan limbah organik berpotensi menimbulkan pengkayaan nutrien berlebihan di Muara Sungai Cliwung (estuari Teluk Jakarta)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Keterkaitan antara dampak yang ditimbulkan oleh polutan dari Sungai Ciliwung terhadap muara Sungai Ciliwung, merupakan akibat adanya interaksi wilayah darat dengan sistem sungai, maka timbul pemikiran untuk melakukan penelitian daya tampung beban pencemaran di Muara Ciliwung. Distribusi limbah organik nitrogen (N) dan fosfor (P) dari sistem aliran Sungai Ciliwung berpengaruh terhadap proses pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) di muara Sungai Ciliwung. </span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Muara Sungai Ciliwung, yang merupakan bagian dari perairan estuari Teluk Jakarta, serta DAS Ciliwung dari hulu hingga muara di Teluk Jakarta meliputi luas area 347 km<sup>2</sup>. Panjang sungai utamanya adalah 117 km. DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendungan Katulampa Bogor, Ratujaya Depok dan Pintu Air Manggarai Jakarta Selatan (Pawitan, 2002).<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Keberagaman kegiatan di sepanjang Sungai Ciliwung menimbulkan beban pencemaran yang akan terakumulasi di muara Sungai Ciliwung. Akumulasi beban pencemaran organik dari Sungai Ciliwung berkontribusi terhadap terjadinya pengayaan unsur hara (eutrofikasi) di Muara Sungai Ciliwung. </span><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Dengan demikian, hasil penelitian beban pencemaran DAS Ciliwung serta daya tampung DAS Ciliwung dapat dimanfaatkan untuk menyusun program pengelolaan sungai dalam rangka pengendalian pencemaran, termasuk pengendalian eutrofikasi di Muara Ciliwung (estuari Teluk Jakarta).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Peningkatan bahan pencemar, terutama bahan pencemar organik<span> </span>terus masuk ke badan air daerah aliran Sungai Ciliwung. Beban pencemaran organik, terutama berasal dari limbah pertanian, limbah peternakan dan limbah rumah tangga. Limbah organik terurai menjadi senyawa nitrogen (N) dan fosfor (P) sebagai unsur hara, yang dalam jumlah berlebih mengakibatkan eutrofikasi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai beban pencemaran Sungai Ciliwung yang kemudian menjadi dasar bagi penyusunan perencanaan pengelolaan sungai khusunya untuk pengendalian pencemaran bahan organik N dan P.<span> </span>Sehingga sumber beban pencemaran yang masuk ke aliran sungai tidak melebihi kemampuan asimilasi sungai.</span></div><div class="MsoBodyText"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Peningkatan konsentrasi nitrogen (N) dan fosfor (P) di daerah aliran Sungai Ciliwung berpotensi menimbulkan eutrofikasi di muara Sungai Ciliwung. Saat ini, beberapa ruas Ciliwung telah tercemar berat, bahkan beban pencemarnya telah melampaui daya dukung. Beban pencemar di segmen V (Kelapa Dua-Manggrai) dan segmen VI (Manggarai-Ancol) Sungai Ciliwung telah telah melebihi kemampuan sungai untuk memulihkan diri. By. Rahma Widhiasari</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-86655038498654116032011-06-24T01:18:00.000-07:002011-06-24T01:18:20.811-07:00Waspadai Logam Berat, Polusi Air yang Berbahaya Bagi Tubuh<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.4pt;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Air sering tercemar oleh komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat kerap kali diproduksi secara rutin oleh keperluan industri. Industri-industri logam berat seharusnya mendapat pengawasan ketat sehingga tidak membahayakan bagi pekerja-pekerjanya atau pun lingkungan di sekitarnya. Logam-logam berat yang berbahaya dan mencemari lingkungan, terutama adalah: merkuri (Hg), trimbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), chromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme , dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 14.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang ditemukan di alam terdapat dalam gabungan dengan elemen lainnya dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penggunaan merkuri di dalam industri-industri sering menyebabkan pencemaran di lingkungan perairan. Merkuri yang terbuang ke suangai, pantai, atau badan air di sekitar industri-industri tersebut kemudian dapat mengkontaminasi ikan-ikan mahkluk air lainnya termasuk ganggang dan tanaman air. Selanjutnya ikan-ikan kecil dan mahkluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih besar atau masuk ke dalam tubuh melalui insang. Ikan atau pun air lainnya (misalnya kerang) kemudian dikonsumsi manusia, sehingga manusia dapat mengumpulkan merkuri di dalam tubuhnya. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berdasarkan hasil penelitian, pengumpulan merkuri tertinggi terdapat di dalam darah, kemudian di dalam ginjal, hati, otak, dan yang terendah dalam otot. Jika terakumulasi dalam tubuh manusia, merkuri dapat mengganggu pertumbuhan otak manusia. Merkuri anorganik mempunyai tendensi untuk terkumpul di dalam tenunan hati dan ginjal. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan tenunan tersebut, tapi pembuangan ke luar tubuh juga lebih cepat melalui system urine. Uap logam merkuri mempunyai kapasitas tinggi untuk terdifusi melalui paru-paru ke dalam darah, kemudian ke otak, dimana dapat terjadi kerusakan system syaraf pusat. Biasanya merkuri organik, dalam bentuk komponen tidak tinggal dalam tubuh dalam waktu cukup lama sehingga tidak terkumpul dalam jumlah yang membahayakan.Polusi timbal (Pb) dapat terjadi di udara, air maupun tanah. Ketika timbal di air tertelan tubuh manusia, tidak semua timbal akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5 sampai 10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Daya racun Pb di dalam tubuh diantaranya disebabkan penghambatan enzim oleh ion-ion Pb<sup>2+</sup>. Enzim yang diduga dihambat adalah yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Penghambatan tersebut disebabkan terbentuknya ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara Pb<sup>2+</sup> dengan grup sulfur yang terdapat dalam asam-asam amino (misalnya cistein) dari enzim tersebut. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pb yang tertinggal di dalam tubuh melalui makanan atau pun minuman akan mengumpul terutama di dalam skeleton (90-95%). Tulang berfungsi sebagai tempat pengumpul Pb karena sifat-sifat ion Pb<sup>2+ </sup>sama dengan Ca<sup>2+</sup>. yang mengumpul dalam skeleton kemungkinan dapat diremobilisasi ke bagian-bagian tubuh lainnya setelah absorbsi awal. Hal ini dapat terjadi misalnya selama pengobatan dengan kortison pada saat demam, atau karena umur yang sudah tua. Umur setengah Pb secara biologi di dalam tubuh manusia diperkirakan sekitar 2-3 tahun. Jumlah PB minimal di dalam darah yang dapat mengakibatkan gejala keracunan biasanya berkisar antara 60 sampai 100 mikrogram per 100 ml darah untuk orang dewasa.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di Eropa pernah terjadi keracunan Pb beberapa tahun yang lalu yang disebabkan oleh pipa-pipa air yang dibuat dari Pb. Namun saat ini pipa-pipa air kebanyakan terbuat dari besi. Kesadahan air alami yang mengandung ion-ion karbonat (CO<sub>3</sub><sup>-</sup>) dan sulfat (SO<sub>4</sub><sup>-</sup>) bereaksi dengan PB membentuk lapisan pelindung yang tidak larut air yaitu PbCO<sub>3 </sub>dan PbSO<sub>4</sub>. Pencemaran Pb juga pernah dilaporkan terjadi dalam industri minuman beralkohol (wiski) yang diproduksi sebagai industri rumah, dan di dalam minuman yang diismpan di dalam wadah keramik yang dilapisi <i>glaze</i>. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada tahun 1969, dilaporkan bahwa 30% dari contoh-contoh wiski yang diproduksi sebagai industri rumah yang tidak legal di Atlanta mengandung Pb lebih dari 1 mg per liter, yaitu 20 kali melebihi batas Pb dalam air yang ditetapkan oleh <i>Public Helath Service</i>. Minuman-minuman berasam tinggi seperti sari buah apel dan jeruk dapat melarutkan <i>glaze</i> dan membebaskan Pb ke dalam minuman jika formulasi CO<sub>3</sub><sup>-</sup> yang digunakan tidak tepat. Pada tahun 1970, dilaporkan bahwa seorang anak laki-laki di Montreal, Kanada, meninggal karena meminum sari buah yang terbuat dari tanah liat. Kemudian dianalisa, bahwa botol yang dilapisi<i> glaze</i> tersebut selama 3 jam mengandung 57mg Pb/l, sedangkan setelah 3 hari kandungan Pb mencapai 1300 mg Pb/l.</span><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924" name="_ftnref1"></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Logam berat lainnya yang berbahaya bagi tubuh adalah </span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Arsenik (As)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kadmium (Cd)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Chromium (Cr)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Nikel (Ni)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Tubuh kita memang membutuhkan logam dalam batas-batas tertentu. Namun jika kadar logam tertentu berlebihan dapat membahayakan tubuh. Jadi, kenali dari mana asal air yang Anda minum. Kemudian, cicipi sedikit air minum Anda jika berada di dekat lokasi yang potensial terpolusi. Kemudian, jika rasanya memang tidak berbeda dengan air yang biasa Anda minum, ya dihabiskan saja air putih tsb :).</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12pt;"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> By. Rahma Widhiasari</span></div><br />
Sumber: <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Fardias, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Jakarta</span> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div><hr align="left" size="1" width="33%" /></div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-50648102576838155992011-06-20T07:40:00.000-07:002011-06-20T07:40:06.614-07:00Paradigma Holistik dalam Pengentasan Krisis Ekologis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text Indent"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-CA"></span></b><span lang="EN-CA"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Paradigma Cartesian-Newtonian telah menghegemoni cara pandang manusia modern. Paradigma ini telah menjadi bagian, cara, berada dalam sistem, pola, dan dinamika modernisme, terlepas dari kenyataan apakah manusia modern menyadari hal ini atau tidak. Pengalaman sehari-hari tidak berdiri dan lepas dari filsafat dan gambaran tentang dunia yang dianut manusia modern dipengaruhi oleh cara pandang sains modern. Heriyanto menulis: </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 50.4pt; text-align: justify;"><span lang="EN-CA" style="font-size: 11pt;">Hegemoni Paradigma Cartesian-Newtonian terhadap pandangan dunia manusia modern terkait erat dengan kenyataan sejarah bahwa peradaban modern memang dibangun atas dasar ontologi, kosmologi, epistemologi dan metodologi yang dicanangkan oleh dua tokoh utama penggerak modernisme, yaitu Rene Descartes dan Isaac Newton.Tanpa mengesampingkan tokoh-tokoh ilmuwan lainnya, Alfred North Whitehead, Fritjof Capra, Seyyed Hossein Nasr, Thomas Kuhn, adalah contoh cendikiawan-filsuf yang menyebut Deccartes dan Newton sebagai pembangun fondasi pandangan dunia peradaban modern.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 11pt;">[1]</span></span></span></span></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA">Pemikiran Rene Descartes (1596 – 1650), menyatakan bahwa perlunya menempatkan rasio subjek sebagai titik pangkal bahwa manusia yang berpikir sebagai pusat dunia. Subjektifitas Descartes mengacu pada aktivitas rasio subjek. Descartes berupaya mematematika-kan seluruh jenis pengetahuan manusia selaras dengan asumsi kosmologinya yang memandang alam memiliki struktur matematis. Descrates tidak menerima apapun sebagai kebenaran jika tidak dapat dideduksi dengan gambaran matematika, dari pengertian-pengertian umum yang kebenarannya tidak dapat kita ragukan. Semua fenomena alam dapat dijelaskan dengan cara deduksi matematika. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA">Upaya Descartes untuk mematematikasi alam mendorongnya berkesimpulan: “<b>alam raya tak lain adalah mesin raksasa</b>”. Keterpilahan pemikiran dengan tubuh, menjadi konsep sentral ontologi dan epistemologi Descartes yang dikenal dengan paham Dualisme. Dualisme pada gilirannya menciptakan pola pikir yang serba dikotomis atau logika biner. Dalam pandangan Descartes, alam bekerja sesuai dengan hukum-hukum mekanik, dan segala sesuatu dalam alam materi dapat diterangkan dalam pengertian tatanan dan gerakan dari bagian-bagiannya. Tidak ada tujuan, kehidupan dan spirtualitas dalam alam semesta.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></span></a><span> </span>Pemikiran Isaac Newton (1642-1727), menggabungkan mimpi visioner rasionalisme Descartes dan visi empirisme Bacon. Bacon melalui bukunya “Knowledge of power” memandang pengetahuan adalah kekuasaan dan memimpikan sebuah negara yang berteknologi tinggi, Bacon mengidentifikasi kebenaran dengan <b>identifikasi kegunaan industrialisasi</b>. Ilmu hanya bermakna jika dapat diterapkan secara praktis. Bacon berperan dalam mempopulerkan sains baru, yang lebih berperan sebagai pencarian kekuasaan guna mendominasi alam daripada memahami alam, sedemikian sehingga berakibat pada pemaksaan alam untuk melayani kepentingan material manusia. </span><span lang="EN-US" style="color: #333333;">Prinsip ini juga mempunyai ciri dominasi manusia terhadap alam raya</span><span lang="EN-CA">.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-CA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></span></a><span> </span></span><span lang="EN-US">Paradigma Cartesian-Newtonian disatu sisi berhasil mengembangkan sains dan teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, namun di sisi lain mereduksi kompleksitas dan kekayaan manusia itu sendiri.</span><span lang="EN-CA"></span></div><div class="MsoBodyText3" style="line-height: normal; margin: 6pt 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyText3" style="line-height: normal; margin: 6pt 0cm;"><b><span lang="EN-CA">Relasi Paradigma Cartesian-Newtonian dan Degradasi Lingkungan (Studi Kasus di Teluk Jakarta)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span>Pandangan Cartesian Newtonian ini turut berkontribusi menimbulkan krisis ekologi. </span><span lang="EN-US">Pandangannya yang mekanistik terhadap alam telah melahirkan pencemaran udara, air, tanah yang mengancam balik kehidupan manusia. Paradigma ini menimbulkan sikap-sikap yang antiekologis.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></span></a> </span><span lang="EN-CA">Manusia modern secara sadar atau tidak menganut paradigma Cartesian-Newtonian sebagai bagian, cara dan berada dalam sistem, pola serta dinamika modernisme. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA">Manusia modern menganggap dapat mengendalikan alam dan memiliki kekuasaan untuk mengeksploitasi alam untuk pemenuhan kebutuhannya. Peningkatan kuantitas limbah cair di Teluk Jakarta, karena manusia menganggap bahwa mereka adalah pusat alam yang dapat mengendalikan alam. Sehingga mereka memiliki hak untuk membuang limbah cair, limbah radioaktif, limbah beracun atau pun sampah ke Perairan Teluk Jakarta secara terus-menerus. Mereka tidak peduli untuk mengolah limbah dahulu agar tidak mencemari perairan, karena mereka menganggap alam adalah bagian yang terpisah dari manusia, dan menganggap kerusakan alam tidak membawa dampak pada manusia. Manusia modern tidak pula memperhitungkan bahwa alam memiliki keterbatasan dalam kemampuan pulih (<i>self purification</i>) sehingga tidak pula memperhitungkan kehidupan biota perairan yang tinggal dalam ekosistem Teluk Jakarta. Hal ini karena mereka menganggap perairan tersebut (alam) sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini sebagai tempat untuk membuang limbah. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA">Manusia modern menganggap alam sebagai bagian yang terpisah dari unsur manusia itu sendiri. Sehingga mereka tidak memperhitungkan bahwa degradasi lingkungan di Perairan Teluk Jakarta akan bertimbal balik merugikan mereka sendiri. Tercemarnya Perairan Teluk Jakarta dapat mengakibatkan kematian plankton, ikan serta biota air lainnya, yang sebenarnya bernilai ekonomis bagi nelayan di sekitar Teluk Jakarta. Padahal manusia membutuhkan potensi sumber daya perikanan itu sebagai protein bagi dirinya, potensi pertambangan dan energi serta sebagai bagian dari aktivitas ekonomi. Meningkatnya pencemaran logam berat di Perairan Teluk Jakarta telah terbukti merugikan kesehatan manusia, mekanisme biomagnifikasi tidak menyebabkan kematian pada ikan yang tercemar logam berat. Namun, ikan yang tercemar logam berat jika dikonsumsi manusia mengakibatkan pada kerusakan syaraf atau bahkan keracunan yang mengakibatkan kematian (contoh: keracunan merkuri di Minamata). </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA">Jika dicermati, degradasi lingkungan di Teluk Jakarta sebenarnya berakar dari pandangan manusia tentang alam dan lingkungannya. <b>Perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab</b> terhadap Perairan Teluk Jakarta mengakibatkan terjadinya kerusakan di perairan tersebut. Degradasi lingkungan di Teluk Jakarta, terjadi karena ketidakpedulian manusia untuk mengkonservasi perairan.<span> </span>Padahal, ekosistem perairan Teluk Jakarta, seperti terumbu karang, lamun, rumput laut dan mangrove memiliki fungsi sebagai penyangga kehidupan biota air termasuk manusia. Rusaknya ekosistem tersebut membawa dampak kematian biota laut, abrasi pantai, dan berpotensi menimbulkan bencana alam yang merugikan manusia itu sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-CA">Orientasi hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik juga sangat berpengaruh. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem<span> </span>lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya degradasi lingkungan Perairan Teluk Jakarta. Cara pandang dikotomis dan antroposentrisme memandang bahwa alam merupakan bagian terpisah dari manusia, melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungannya. Manusia modern terus berupaya meningkatkan hasil produksi dari proses industri dengan mengesampingkan pengolahan limbah cair di Teluk Jakarta. Mereka tidak menyadari pembuangan limbah cair yang terus-menerus akan berdampak timbulnya kematian biota, kerusakan ekosistem dan timbulnya bencana yang merugikan dirinya sendiri. </span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
</span> <div><br clear="all" /> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <div id="ftn1"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> </span><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text Indent"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">Heriyanto, Husein. 2003. <em>Paradigma Holistik: Dialog Filsafat, Sains, dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead</em>. Jakarta: Teraju. h. 2</span><span lang="EN-US"><i> h 27-28</i></span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div></div><div id="ftn2"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Ibid. h 34</i></span></div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div><div id="ftn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Descrates, Rene. 1635. Discourse on the Method. At http://www.marxists.org/reference/ar-chive/descrates/1635/discourse-method.htm</i></span></div></div><div id="ftn4"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8025155311795030924#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> <i>Ibid</i> hal 2-3</span></div></div></div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-40258186107367592632010-08-25T22:49:00.000-07:002010-08-25T23:09:38.486-07:00Berdayakan Perempuan Untuk Pembangunan Berkelanjutan<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-CA">Pendidikan Pemberdayaan Perempuan: Dalam Model Pemanfaatan<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b>Sumber Daya Air Berkelanjutan<a href="file:///C:/Documents%20and%20Settings/koran%20republika/My%20Documents/Downloads/Model--SumberdayaAIR-Berkelanjutan-1.doc#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">[1]</span></b></span></span></a><o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 19px; font-weight: bold;">A. Pembangunan Berkelanjutan</span></div><div class="MsoNormal">Komisi Brundtland yang menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembangunan berkelanjutan, menurut Haris (2000) dalam Fauzi (2004) bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><b><span lang="EN-CA">Keberlanjutan ekonomi</span></b><span lang="EN-CA">, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><b><span lang="EN-CA">Keberlanjutan lingkungan</span></b><span lang="EN-CA">: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungis ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><b><span lang="EN-CA">Keberlanjutan sosial</span></b><span lang="EN-CA">: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: tujuan ekonomi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">economic objective</i>), tujuan ekologi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ecological objective</i>) dan tujuan sosial (social objective). Tujuan ekonomi terkait dengan masalah efisiensi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">efficiency</i>) dan pertumbuhan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">growth</i>); tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumberdaya alam (natural resources conservation); dan tujuan sosial terkait dengan masalah pengurangan kemiskinan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">poverty</i>) dan pemerataan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">equity</i>). Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya terletak pada adanya harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial (Munasinghe, 1993).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Dalam Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan, berdasarkan publikasi <i>Our Common Future</i>, terdapat 22 prinsip pembangunan berkelanjutan. Salah satu prinsip pembangunan berkelanjutan adalah: <b>Perempuan mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan pembangunan lingkungan</b>. Partisipasi kaum perempuan diperlukan untuk mencapai pembangunan berlanjut. Perempuan dapat mengambil peran dalam pengelolaan dan pembangunan lingkungan karena pemahaman dan pengetahuan mereka. Oleh karena itu, kaum perempuan perlu dimotivasi apa yang menjadi keinginan mereka, serta menguatkan partisipasi mereka secara efektif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 19px; font-weight: bold;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 19px; font-weight: bold;">B. Pemanfaatan Sumber Daya Air Bekelanjutan</span></div><div class="MsoNormal">Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam produksi pangan, transportasi, produksi pertanian, dan sebagainya. Jika air tidak tersedia maka proses produksi akan terhenti. Ini berarti bahwa sumberdaya air menjadi faktor kunci untuk keberlanjutan pembangunan. Dalam pemanfaatan sumber daya air terdapat b<span lang="EN-CA">erbagai permasalahan diantaranya adalah sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><b><span lang="EN-CA">1. Gejala Krisis Air di Beberapa Wilayah Indonesia<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Di beberapa wilayah Indonesia gejala krisis mulai tampak. Krisis air dapat diukur dari Indeks Penggunaan Air (IPA) yaitu rasio antara penggunaan dan ketersediaan air. Semakin tinggi angka IPA semakin sedikit ketersediaan air di suatu wilayah. Apabila angka IPA berkisar antara 0,75-1,0 maka dikatakan keadaan “kritis”. Jika lebih dari 1,0 maka suatu wilayah dikatakan “sangat kritis” atau defisit air, sedangkan jika IPA-nya berkisar antara 0,30-0,60 tergolong “normal” dari segi ketersediaan air. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Pada tahun 2010 Jawa, Madura dan Bali diperkirakan sudah termasuk kategori“sangat kritis” karena untuk Jawa dan Madura diduga mempunyai IPA sebesar 1,89 dan Bali 1,13. Nusa Tenggara Barat tergolong dalam keadaan “kritis” dengan IPA 0,92. Di daerah-daerah lain kecuali Nusa Tenggara Timur (dengan IPA sekitar 0,73) kondisinya relatif masih baik karena mempunyai IPA di bawah 0,50 ( Osmet, 1996; dan Sugandhy, 1997). Terjadinya krisis air dapat dipicu oleh sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung boros dalam memanfaatkan air, karena air sebagai milik umum (<i>common property</i>) dianggap tidak terbatas adanya dan karenanya dapat diperoleh secara gratis. Padahal, air sebagai sumber daya alam, adalah terbatas jumlahnya karena memiliki siklus tata air yang relatif tetap. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Melihat kondisi di atas, persaingan dalam pemanfaatan air akan semakin tajam pada masa-masa mendatang, maka air terlebih lagi air bersih (air minum) relatif semakin langka dan karenanya akan menjadi <i>economic good</i>. Suatu saat mungkin akan terjadi suatu situasi dimana kalau si pengguna tidak punya uang untuk membayar air yang dibutuhkannya maka ia tidak akan mendapatkan air (<i>no money no water</i>). Dengan demikian, gejala krisis air menuntut pengelolaan sumberdaya air yang <b>lebih cermat, lebih hemat dan lebih efisien</b>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><b><span lang="EN-CA">2. Degradasi Sumberdaya Air<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: .2in;"><span lang="EN-CA">Keluhan-keluhan disertai protes oleh masyarakat tentang adanya pencemaran air telah bermunculan di beberapa tempat sebagai akibat adanya limbah industri termasuk limbah dari industri pariwisata seperti hotel dan restoran. Kecenderungan menurunnya kualitas air akan meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan industri yang mengeluarkan limbah, pertumbuhan perumahan secara eksponensial dan pertambahan penggunaan bahan-bahan organik sintetis. Di Sungai Ciliwung, pada bagian hilir (ruas Manggarai-Ancol) <b>kualitas air telah tercemar berat</b>, bahkan kualitas air telah melebihi baku mutu kelas IV, atau tidak dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Sedangkan ruas Sungai Ciliwung, dari Kelapa Dua hingga Manggarai, hanya dapat digunakan untuk menyiram tanaman (Widhiasari, 2010).</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Intrusi air laut juga telah terjadi di beberapa tempat karena eksploitasi yang berlebihan terhadap air tanah. Pembabatan hutan dengan semena-mena tanpa kendali mengakibatkan <b>berkurangnya kuantitas air</b> dan tidak jarang menimbulkan banjir terutama pada musim penghujan. Air tanah dan air permukaan mulai terkontaminasi zat-zat kimia yang mengandung racun akibat limbah industri, limbah dari saluran irigasi yang mengandung pestisida maupun limbah domestik. Degradasi sumber daya air dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat. Air irigasi yang tercemar juga dapat berakibat buruk terhadap hasil panen, sehingga secara keseluruhan tercemarnya sumber daya air dapat mengancam kesejahteraan masyarakat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><b><span lang="EN-CA">3. Konflik Akibat Persaingan yang Semakin Tajam antar Pengguna Air<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk serta pembangunan di segala bidang menuntut terpenuhinya kebutuhan air yang terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Persaingan yang menjurus ke arah konflik kepentingan dalam pemanfaatan air antara di berbagai sektor yang cenderung meningkat di masa-masa mendatang. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in; text-align: justify;"><span lang="EN-CA">Konflik akibat persaingan dalam pemanfaatan air sudah sering terjadi di kalangan petani padi sawah, terutama di tempat-tempat yang langka air, lebih-lebih lagi pada musim kemarau, misalnya pada kasus subak di Bali. Konflik antar petani dalam pemanfaatan air irigasi, biasanya terjadi antara kelompok petani hulu dan kelompok petani hilir. Pada tahun 1996, terjadi kasus di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yaitu pengusiran petugas PDAM oleh 300 orang petani bersama penduduk di tiga kampung sekitar Daerah Irigasi Ciherang. Petani-petani marah karena petugas PDAM menggali pipa air di Daerah Irigasi Ciherang untuk menyadap air di bagian hulu Sungai Cisangkuy yang juga merupakan sumber air bagi petani Ciherang (Kurnia, G. dkk., 1996). Masih banyak konflik pemanfaatan air yang juga terjadi di daerah-daerah lain yang kerap diberitakan oleh berbagai media masa. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .2in;"><br />
</div><h3><span lang="EN-CA">C. Pemberdayaan Perempuan dalam Pemanfaatan SDA<o:p></o:p></span></h3><div class="MsoNormal">Dalam prinsip pembangunan berkelanjutan telah dikemukakan bahwa perempuan mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan pembangunan lingkungan. Berkenaan dengan peranan perempuan dalam pembangunan lingkungan, perempuan juga dapat mengambil peran dalam pemanfaatan sumberdaya air. Peran perempuan dalam melestarikan sumber daya air dapat dikatakan memiliki peran yang sama dengan peran laki-laki. Pada dasarnya prinsip persamaan telah menjadi bagian dari sistem hukum kita, sebagaimana tercermin secara umum dalam Pasal 27 UUD 1945. Oleh karena itu, diharapkan adanya komitmen bersama terhadap upaya pelestarian sumber daya air.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><span lang="EN-CA">Pemberdayaan perempuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengelola lingkungan, khususnya sumber daya air, sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat dicapai. Dalam pemanfaatan sumber daya air diperlukan pendidikan pada kaum perempuan agar berpartisipasi aktif dalam pembangunan berkelanjutan, kemudian menerapkan bersama kelompoknya untuk turut melestarikan sumber daya air, dengan kapasitas yang dimilikinya. Antara lingkungan dan perempuan memiliki keterkaitan yang erat, sehingga aktivitas perempuan terhadap lingkungannya akan berdampak pada kehidupan baik secara langsung atau pun tidak langsung.</span>. by. Rahma Widhiasari</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .4in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black;"> </span></span><span style="color: black;"><br />
</span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///C:/Documents%20and%20Settings/koran%20republika/My%20Documents/Downloads/Model--SumberdayaAIR-Berkelanjutan-1.doc#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a> Disampaikan oleh Tim Fasilitator Kelompok Model Pemanfaatan Sumber Daya Air, dalam Workshop “Pendidikan Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan” . Bogor, 21-23 Agustus 2010.</div></div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-54744621199129486422010-08-03T07:29:00.000-07:002010-08-05T03:14:55.699-07:00Sekali Lagi Tentang Freeport<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Aktivitas pertambangan PT Freeport di Papua sejak 1967 telah berlangsung selama 42 tahun. Aktivitas yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini kemudian menimbulkan masalah bagi lingkungan di sekitar wilayah perambangan, berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg. Pun mengubah bentang alam seluas 166km persegi di daerah aliran sungai Ajkwa.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; text-indent: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Limbah tailing PT Freeport juga telah mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar. Di sisi lain, dari tahun ke tahun </span><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">PT Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; text-indent: 0in;"><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Para petinggi PT Freeport terus mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1,5 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan PT Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api dalam sekam, tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk Papua.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; text-indent: 0in;"><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> </span></span><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan PT Freeport pada 1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini mulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember 1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; text-indent: 0in;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Pada Maret 1973, PT Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg, kawasan ini selesai ditambang pada tahun 1980-an dan menyisakan lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, PT Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg. Dari eksplorasi ini, sekitar 7,3 ton tembaga dan 724, 7 ton emas telah mereka keruk. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; text-indent: 0in;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Pada Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800m.</span></span><a href="file:///E:/DPD/DRAF-FREEPORT-edit.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">[1]</span></span></a><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga penutupan tambang pada 2041.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt;"><span lang="SV"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">PT Freeport mengelola tambang terbesar di dunia, yang didalamnya mengandung 50% cadangan emas di kepulauan Indonesia. Tetapi kehadiran PT Freeport sekaligus menunjukan bahwa usaha pertambangan yang dilakukannya hanya mensejahterakan segelintir orang, merusak lingkungan secara masif serta menimbulkan pelanggaran HAM.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Kesejahteraan penduduk Papua tak secara otomatis terkerek naik dengan kehadiran PT Freeport yang ada di wilayah mereka tinggal. Di wilayah operasi PT Freeport, sebagian besar penduduk asli berada di bawah garis kemiskinan dan terpaksa hidup mengais emas yang tersisa dari limbah PT Freeport. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Timika bahkan menjadi tempat berkembangnya penyakit mematikan seperti HIV/AIDS dan jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS berad di Papua. Keberadaan PT Freeport juga menyisakan persoalan pelanggaran HAM yang terkait dengan tindakan aparat keamanan Indonesia di masa lalu dan kini. <o:p></o:p></span></span></div><span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Ratusan orang telah menjadi korban pelanggaran HAM berat bahkan meninggal dunia tanpa kejelasan. Hingga kini, tidak ada satu pun pelanggaran HAM yang ditindaklanjuti serius oleh pemerintah bahkan terkesan diabaikan....</span></span><br />
<span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">by. Rahma Widhiasari</span></span><br />
<span lang="FI"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">[untuk lebih lengkapnya, dapat membaca tulisan Rahma Widhiasari, di buku Mengguga Pengelolaan SDA]</span></span><br />
<div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///E:/DPD/DRAF-FREEPORT-edit.doc#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></a> Meumunah, S. 2006. Freeport.: Bagaimana Pertambangan Emas dan Tembaga Raksasa Menjajah Indonesia. Walhi dan Jatam. Jakarta</div></div></div>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-90249242848432417102010-08-03T07:25:00.000-07:002010-08-05T03:15:57.602-07:00Menguji Keberpihakan UU Pertambangan Minerba Terhadap BUMN<div align="center" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 15px;"><b><br />
</b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Pemanfaatan potensi tambang di Indonesia selama 41 tahun diatur dalam Undang-undang (UU) No.11 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan. Sering pula disebut sebagai UU Pokok Pertambangan. UU ini kemudian tak lagi berlaku dengan disahkannya UU tentang Pertambangan dan Mineral Batubara atau UU Pertambangan Minerba pada 16 Desember 2008. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Pada intinya, UU baru yang terdiri dari 26 bab dan 175 pasal itu mengatur pengelolaan pertambangan mineral dan batubara yang dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan pertambangan nasional, menetapkan standar, petunjuk, dan kriteria nasional serta sistem perizinan pertambangan. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Pemberlakuan UU Pertambangan dan Minerba ini, diharapkan dapat mengakhiri rezim kontrak pertambangan yang selama ini berlangsung menjadi rezim perizinan. Namun nampaknya, tujuan tersebut sulit dicapai. Sebab pada kenyataannya, sejumlah pasal yang terdapat dalam UU Pertambangan Minerba justru bias, kontradiktif, dan berpotensi mengikis kekayaan negara. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">UU Pertambangan Minerba Bias</span></strong></div><div class="MsoBodyText">Ketika UU Minerba disahkan, terdapat tiga fraksi yang melakukan walkout yakni PAN, PKB dan PKS. Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam UU Minerba, adalah isi pasal 169 (a) yang menyebutkan:</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"> <i>“</i></span><i><span style="font-family: Tahoma; font-size: 10pt;">Kontrak Karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah ada sebelum berlakunya Undang-undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian</span></i><span style="font-family: Tahoma; font-size: 10pt;">”. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Poin ini dinilai tidak adil dan diskriminatif terhadap perusahaan tambang baru, karena perusahaan tambang baru dibebani dengan sejumlah kewajiban. Sedangkan perusahaan tambang lama yang telah memiliki kontrak karya atau perjanjian karya dimanjakan dengan pasal ini. Mereka tidak perlu khawatir terhadap kontrak karya. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Kemudian terdapat makna yang bias jika membandingkan Pasal 169 (a) dengan Pasal 169 (b), yang menyebutkan:<o:p></o:p></span></div><div style="margin-left: 1.0in; text-align: justify;"><i><span style="font-family: Tahoma; font-size: 10pt;">“Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara”.</span></i><span style="font-family: Tahoma; font-size: 10pt;"> <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Jika dicermati, isi ayat ini memiliki kontradiksi dengan ayat sebelumnya. Di satu sisi, UU Pertambangan Minerba membolehkan KK dan PKP2B yang sudah ada tetap berlaku hingga masa kontrak atau perjanjian selesai. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Namun di sisi lain, pasal 169 (b) menyatakan meskipun KK dan PK2B tetap berlaku tetapi ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalamnya harus disesuaikan selambat-lambatnya 1 tahun sejak UU Pertambangan Minerba diberlakukan. Tapi tidak semua ketentuan yang disesuaikan. Ketentuan yang terkait penerimaan negara tetap dipertahankan dan tidak perlu diubah. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Adanya kontradiksi ini akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana jika perusahaan tambang yang mengantongi kontrak dan perjanjian karya tidak bersedia mengubah kontrak atau pun perjanjiannya? Maka ini akan menimbulkan peluang terjadinya sengketa antara pemerintah dan perusahaan tambang , karena posisi pemerintah adalah sama, sehingga penyelesaian melalui jalur arbitase akan terbuka.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Dalam pasal 169(c) terdapat pula kejanggalan perihal pengecualian terhadap penerimaan negara yang tidak dapat disesuaikan, hal ini didukung oleh ayat yang berbunyi:<o:p></o:p></span></div><div style="margin-left: 1.0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"> </span><i><span style="font-family: Tahoma; font-size: 10pt;">“Pengecualian terhadap penerimaan negara, adalah upaya peningkatan penerimaan negara”. <o:p></o:p></span></i></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Padahal adanya perbaikan dalam peningkatan penerimaan negara merupakan hal paling banyak dituntut berbagai kalangan. Terutama mengenai ketidakadilan yang telah terjadi selama ini dalam KK dan PKP2B. UU Pertambangan Minerba sendiri tak mengatur besarnya persentase untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO), terutama DMO pada kontrak PKP2B. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Dengan kenyataan seperi ini, akan muncul peluang terjadinya kelangkaan batubara untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Misalnya pemenuhan kebutuhan batubara untuk PLN. Beberapa waktu belakangan ini, PLN telah merasakan hal tersebut. Selain itu, program pengamanan kebutuhan energi nasional termasuk proyek 10 ribu Mega Watt (MW) juga bisa terganggu. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Beberapa pihak menilai UU Minerba belum berpihak pada BUMN, karena izin yang telah dimiliki oleh BUMN dalam bentuk kuasa pertambangan (KP) menjadi tidak pasti. Tak heran jika kemudian timbul pertanyaan: apakah kuasa pertambangan harus menyesuaikan dengan UU Minerba atau dihormati sampai habis masa berlakunya? Ketidakjelasan itu berdampak terhadap bisnis BUMN pertambangan yang mempunyai izin KP.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Bentuk Pengusahaan</span></strong><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Dalam pasal 33 UU Pertambangan dan Minerba, pengusahaan pertambangan yang sebelumnya rezim kontrak dan perjanjian, selanjutnya dilakukan melalui tiga bentuk perizinan yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan Perjanjian Usaha Pertambangan (PUP). <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Jika menggunakan bentuk kontrak dan perjanjian, pemerintah dan perusahaan tambang merupakan dua pihak yang setara. Sehingga jika terjadi dispute atau sengketa maka perusahaan tambang bisa menyeret pemerintah Indonesia ke pengadilan arbitrase. Hal ini terjadi dalam kasus disinvestasi Newmont. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Sementara dalam bentuk izin, posisi pemerintah bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih berkuasa. Karena pemerintah berlaku sebagai pihak pemberi izin kepada pengusahaan tambang untuk melakukan aktivitas tambang. Pemerintah juga memiliki kuasa untuk mencabut izin jika dirasa perlu melalui prosedur yang ada. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Pemberian izin pun dibagi tiga. Untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP), izin diberikan kepada perusahaan tambang yang bisa melakukan pertambangan skala besar. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) diberikan untuk komunitas atau koperasi yang melakukan aktivitas pertambangan skala kecil. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Perjanjian Usaha Pertambangan (PUP) dilakukan perusahaaan tambang dengan badan pelaksana yang dibentuk pemerintah. Dalam sektor migas, badan itu bersifat seperti BP Migas. Dalam konteks ini, PUP dinilai lebih memberikan kepastian hukum daripada IUP. </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Tahoma; font-size: 15px;">Sehingga jika hanya IUP yang tersedia untuk berusaha dan tidak memberikan alternatif bentuk PUP untuk investasi besar, dikhawatirkan investor-investor besar di sektor pertambangan tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Kewajiban Pembangunan Pengolahan</span></strong><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">UU Pertambangan Minerba juga mengatur kewajiban pembangunan pengolahan (smelter) di dalam negeri. Ini bertujuan meningkatkan nilai tambah produk-produk tambang dalam negeri. Selama ini Indonesia dinilai tak diuntungkan karena banyak produk tambang diekspor sebagai produk mentah, harganya murah. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Banyak produk tambang mentah itu yang setelah diekspor kemudian diolah di luar negeri. Mereka mengolahnya menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi yang kemudian banyak pula yang diimpor ke Indonesia. Ini berarti bahwa nilai tambah produk-produk tambang justru dinikmati negara-negara lain.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Kewajiban bagi pemegang IUP Operasi Produksi dan PUP dalam melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri tercantum pada UU Minerba pasal 110. Dalam pasal 171 disebutkan pelaksanaan ketentuan tentang pemurnian terhadap pemegang Kontrak Karya yang telah berproduksi dilaksanakan selambat-lambatnya 5 tahun sejak Undang-undang Minerba disahkan.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Kelayakan suatu tambang juga harus menjadi pertimbangan dalam menentukan sejauh mana tingkat downstream industri yang wajib dilakukan oleh perusahaan.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Namun, belum ada penjelasan rinci tentang penetapan batasan minimum suatu tambang telah menjalankan kewajiban pengolahan dan pemurnian dalam rangka peningkatan nilai tambah. Sebab jika tidak dibatasi tingkat minimum downstream industri yang harus dijalankan dapat saja perusahaan tambang kembali menjual bahan mentah dalam bentuk bulk yang tidak dapat dikategorikan sebagai komoditi.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">Selain itu jangka waktu 5 tahun untuk memenuhi kewajiban melakukan pengolahan di dalam negeri dinilai tidak efektif, mengingat pendirian pabrik harus mempertimbangkan berbagai hal, diantaranya kapasitas minimum, batasan teknologi, infrastruktur, energi, lokasi, biaya, sumberdaya manusia, dan sebagainya.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: 11pt;">by Rahma Widhiasari</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 15px;">[masa-masa mengerjakan tugas hukum lingkungan]</span></span>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-4352942193412052412010-08-03T07:00:00.000-07:002010-08-05T03:16:34.333-07:00Mencermati Penanganan Pencemaran Laut Timor dan Lapindo<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Pada tanggal 21 Agustus 2009 kilang minyak Montara meledak, dan mengakibatkan pencemaran minyak di Laut Timor serta menurunkan tangkapan nelayan. Hampir setahun setelah peristiwa tumpahan minyak terjadi, pemerintah baru mengumumkan akan mengajukan klaim ganti rugi tumpahan minyak pada PT TEP, perusahaan penyebab pencemaran. Pada tanggal 27 Juli 2010, dalam rapat dengar pendapat di hadapan Komisi VII, Menteri Perhubungan, Freddy Numberi memaparkan akan meminta uang muka (down payment) pembayaran ganti rugi tumpahan minyak mentah di Laut Timor kepada PT TEP Australasia senilai US$ 5 juta.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Berdasarkan perhitungan sementara oleh tim pemerintah, menyebutkan kerugian langsung dari tumpahan minyak tersebut mencapai Rp 289 miliar, dimana Rp 42 miliar diantaranya merupakan kerugian langsung kepada masyarakat. Angka ini lebih rendah dari perhitungan oleh LSM daerah setempat yang memperkirakan kerugian dari tumpahan minyak tersebut sekitar Rp 806,168 miliar. Kerugian itu memperhitungkan ekosistem terdampak dan upaya pemulihannya. Meski pemrintah terkesan terlambat merespon, namun rakyat tetap berharap pemerintah benar-benar menindaklanjuti klaim ganti rugi pada PT TEP Australasia.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Kemudian jika membandingkan dengan kasus Lapindo, banyak pihak menilai pemerintah telah gagal menangani kasus Lapindo. Hingga saat ini, aktivitas ekonomi Sidoharjo belum dapat dipulihkan, terdapat lebih dari 15 pabrik tergenang dan menghentikan aktivitas produksi. Angka pengangguran meningkat, lebih dari 1.873 orang kehilangan pekerjaan. Penanganan kasus Lapindo pun tidak mampu menyeret perusahaan yang mangakibatkan semburan lumpur, seluruh biaya penanganan kasus Lapindo menjadi tanggungan pemerintah. Akibatnya, uang rakyat dari APBN telah tersedot sebesar Rp4 triliun, yakni Rp450 miliar pada 2007, Rp1,57 triliun (2008), Rp1,15 triliun (2009), dan Rp1,2 triliun pada 2010. Penanganan Lapindo kembali akan menggunakan dana APBN, yakni pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, biaya untuk penangangan lumpur Lapindo (bukan penghentian semburan) dialokasikan sebesar Rp 7,2 trilyun.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Pada Juni 2010, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo mengajukan anggaran penanganan semburan lumpur sepanjang 2011 sebesar Rp1,286 triliun. Hal ini cukup kotrovesial, karena lagi-lagi dana APBN yang akan digunakan untuk menanggulangi luapan lumpur Lapindo. Kemudian, sebagian ahli berpendapat semburan lumpur bisa ditutup, namun sebagian ahli lainnya menyatakan semburan itu tidak bisa ditutup. Tulisan ini akan membahas dan mengkritisi langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk menangani kasus Laut Timor dan kasus Lapindo.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><b>Penanganan Laut Timor</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Sekitar 3000 barel/hari semburan minyak Montara di Laut Timor (WWF, 2009), terjadi akibat ledakan pada rig West Atlas, platform sumur minyak Montara di Laut Timor yang terletak sekitar 690 km arah barat Darwin. Ini telah mengakibatkan pencemaran laut di perairan Australia Barat, Timor Leste dan Indonesia. Tumpahan minyak berlangsung selama 74 hari, hingga 3 Nopember 2009. Operasi penyelamatan berlangsung setelah 5 kali percobaan, dan kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur sebanyak 3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak. West Atlas dimiliki oleh Seadrill dari Norwegia yang menyewakan rig tersebut kepada PTT Exploration and Production (PTTEP) Australasia, yang 100% sahamnya dimiliki oleh pemerintah Thailand.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Kebocoran minyak diperkirakan sekitar 2000 barel per hari. Pada bulan Oktober 2009, seperti dikonfirmasi PT TEP, penyebaran minyak telah mencapai area seluas 6000 km2, mengalir sepanjang 120 km, hingga perairan Indonesia. Tumpahan minyak blok Montara telah mengakibatkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan yang berdampak turunan. Bencana ini merugikan ribuan nelayan dan pembudidaya rumput laut NTT, menurunkan fungsi kelautan, mematikan biota laut dan menurunkan keanekaragaman hayati, serta berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka kemiskinan. Namun sangat disayangkan, meskipun telah berlangsung berbulan-bulan pemerintahan SBY bergeming.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Setelah makin maraknya protes masyarakat, LSM dan media-lah akhirnya pada tanggal 22 Juli 2010 lalu, Presiden SBY menyatakan akan mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP. Sikap Presiden SBY ini sangat jauh berbeda dengan sikap Obama yang dalam waktu kurang dari 2 bulan berhasil memperoleh komitmen BP untuk membayar kerugian minimal US$ 20 miliar. Obama juga berhasil memenuhi tuntutan rakyatnya yang akan menerima ganti rugi dan bantuan dana akibat pencemaran. Ini memang tidak sebanding dengan sikap Presiden SBY, yang terkesan lambat menyikapi kasus Laut Timor. Pada 27 Juli, dihadapan Komisi VII DPR, Menteri Perhubungan, Fredi Numberi menyatakan akan meminta DP dahulu, sebesar US$ 5 juta. Fredi mengungkapkan mudah-mudahan PT TEP menyetujui dan dana tersebut bisa dipakai untuk recovery awal yang langsung kepada masyarakat. Berdasarkan pernyataan ini saja kita dapat melihat sedemikian tidak percaya dirinya pemerintahan kita, yang akan mengajukan DP pada PT TEP, padahal telah diketahui bahwa PT TEP yang menyebabkan kecelakaan dan pemerintahan kita memiliki hak untuk menuntut ganti rugi. Kabarnya, PT TEP pun telah berkomitmen untuk mengganti rugi biaya kerusakan lingkungan pada Pemerintah Australia.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Langkah meminta DP terlebih dahulu pun dinilai tidak efesien, seharusnya pemerintah lebih dulu menghitung total biaya lingkungan, sosial dan pemulihan, baru mengajukan klaim ganti rugi. Kemudian, harus didiskusikan kembali langkah pembayaran uang ganti rugi tersebut. Sehingga pemerintah memiliki jaminan hukum jika kesepakatan pemerintah dan PT TEP dicapai. Masyarakat pesisir pun mendapat kepastian berkenaan ganti rugi mereka.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><b>Kasus Lapindo</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Bencana semburan lumpur panas Lapindo telah 4 tahun berlalu, namun hingga kini Kabupaten Sidoarjo belum dapat pulih. Bahkan, sekitar 50 ribu keluarga atau 40 persen warga korban lumpur Lapindo yang masuk dalam peta terdampak, hingga kini belum mendapat ganti rugi. Angka itu masih lebih sedikit ketimbang jumlah korban yang tidak tercatat.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Kemudian, yang perlu dikritisi adalah langkah Badan Pengendalian Lumpur Sidoharjo (BPLS), yang bulan Juli lalu kemabali mengajukan anggaran. Pada rapat penyusunan APBN 2011, di hadapan Komisi V DPR, BPLS mengajukan anggaran penanganan semburan sebesar Rp 1,286 triliun. Terdapat dua hal yang perlu dikritisi dalam pengajuan anggaran ini. Pertama, BPLS justru tidak mengusulkan anggaran penghentian lumpur dari areal konsensi PT Lapindo Brantas. Biaya tersebut akan digunakan sebagai biaya pengalihan 32 juta meter kubik lumpur ke Sungai Porong, bantuan untuk warga dan pengehentian infrastruktur. BPLS menyatakan bahwa semburan tidak dapat dihentikan, dan semburan tidak dapat ditutup. Jika pernyataan BPLS ini benar, maka diperlukan penelitian lebih mendalam berkenaan dengan langkah teknis yang tepat agar semburan lumpur ini dapat dikendalikan. Kedua, berkenaan dengan data yang direlease BPLS bahwa semburan lumpur Sidoarjo mencapai 1 juta barrel per hari. Ini adalah angka semburan yang sangat besar, dan data ini jauh berbeda dengan data yang dikeluarkan lembaga pemerintah lainnya. Berdasarkan data KLH, semburan lumpur Lapindo sekitar 150.000-200.000 barel per hari.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Hal lain yang perlu dikritisi adalah, perusahaan yang menyebabkan semburan lumpur panas Lapindo tidak dituntut ganti rugi, sebagian besar biaya penanganan Lapindo ditanggung pemerintah. Sekitar Rp 8, 37 triliun dana pemerintah telah digunakan untuk menangani Lapindo. Kemudian dalam RPJM 2010-2014, biaya untuk penangangan lumpur Lapindo (bukan penghentian semburan) dialokasikan sebesar Rp 7,2 trilyun. Perpres 14 Tahun 2007 yang ditandatangani presiden memutuskan bahwa biasa masalah sosial kemasyarakatan di luar peta area terdampak dibebankan pada APBN. Peepres juga mengatur bahwa biaya upaya penanganan masalah infrastruktur termasuk infrastruktur untuk penanganan luapan lumpur dibebankan pada APBN dan sumbangan lain.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Penanganan masalah Lapindo saat ini dianggap masih belum serius dan konkret. Semisal, penanganan masalah pendidikan, kesehatan, pengangguran, perekonomian dan infrastruktur akibat lumpur Lapindo masih belum teratasi. Relokasi infrastruktur hingga saat ini seperti jalan arteri Raya Porong dan tol Porong-Gempol pun belum terwujud. Sementara, sekitar 50 ribu keluarga atau 40 persen warga korban lumpur Lapindo yang masuk dalam peta terdampak, hingga kini belum mendapat ganti rugi.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Mantan menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witular pada bulan Juni 2009 menyatakan bahwa semburan lumpur Lapindo bukan bencana alam. Sehingga, tidak seharusnya pemerintah mengambilalih tanggung jawab perusahaan yang menyebabkan bencana. Ini jauh berbeda dengan langkah Obama yang kemudian berhasil membuat BP membayar ganti rugi. Sementara, Lapindo justru menikmati hasil kompromi politik yang sangat menguntungkan, dan negara ikut menanggulangi luapan lumpur.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Terakhir, kita harus belajar dari sikap bertanggungjawab BP yang telah berupaya maksimal dan berhasil memberhentikan bocoran minyak pada medan yang sulit di laut dalam Teluk Meksiko dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 86 hari). Sedangkan Lapindo, meskipun telah 4 tahun berlalu, lumpur panas masih terus menyembur, dan dengan alasan debit bocoran lumpur yang lebih besar dibanding bcoran minyak Teluk Meksiko, BPLS menganggap upaya penghentian semburan tidak perlu dilanjutkan. Kami memperkirakan, karena wilayah Lapindo di darat, operasi penghentian semburan akan lebih mudah (dibanding laut dalam), sehingga prospektif untuk berhasil. Oleh sebab itu, kita layak menuntut agar penghentian semburan lumpur Lapindo tetap dilanjutkan dan hal ini perlu persiapan penanganan yang lebih komprehesif, melibatkan pihak-pihak yang lebih luas dan dukungan dana yang besar.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><b><br />
</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><b>Simpulan</b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Penyelesaian kasus Lapindo masih sangat jauh dari rasa keadilan: jangankan meminta perusahaan menanggung biaya penanggulangan dan biaya memberhentikan semburan sekaligus seperti dialami BP, untuk penanggulangan akibat semburan saja negara harus ikut menanggung beban. Hal yang sama terjadi pada kasus Montara dimana pemerintah bertindak sangat lamban dan abai melindungi kehidupan ekonomi rakyat dan menjaga martabat dan harga diri bangsa. Pemerintah tidak mampu menjalankan perannya sebagai wakil negara dan rakyat sehingga rakyat dan bangsa Indonesia sangat dirugikan.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">Pemerintah perlu meminta agar perusahaan, baik Lapindo maupun PTTEP menjunjung tinggi nilai etika/moral, menerapkan prinsip-prinsip GCG dan menunjukkan peran dan tanggungjawab kemanusiaan yang nyata dalam tatanan bisnis global agar kedua kasus pencemaran dapat diselesaikan secara adil dan bermoral. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;">by. Rahma Widhiasari</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #777777; font-family: 'trebuchet ms', verdana, arial, sans-serif; font-size: small;"><br />
</span>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8025155311795030924.post-54473048753292704532010-08-03T06:50:00.000-07:002010-08-05T03:17:07.489-07:00Lonceng Kehancuran Pertambangan Timah Bangka Belitung<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial; font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;"><div>Aktivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 200 tahun, dengan jumlah cadangan yang berlimpah. Cadangan timah ini, merupakan bentangan wilayah sejauh lebih dari 800 kilometer, yang disebut The Indonesian Tin Belt. Bentangan ini merupakan bagian dari The Southeast Asia Tin Belt, membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia ke arah Thailand, Semenanjung Malaysia hingga Indonesia.</div><div>Di Indonesia sendiri, wilayah cadangan timah mencakup Pulau Karimun, Kundur, Singkep, dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus ke arah selatan yaitu Pulau Bangka, Belitung, dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan. Penambangan di Bangka, misalnya, telah dimulai pada 1711, di Singkep pada 1812, dan di Belitung sejak 1852.</div><div><br />
</div><div>Namun, aktivitas penambangan timah lebih banyak dilakukan di Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep (PT Timah Tbk., 2006). Kegiatan penambangan timah di pulau-pulau ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang. Dari sejumlah pulau penghasil timah itu, Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Pulau Bangka yang luasnya mencapai 1.294.050 ha, seluas 27,56 persen daratan pulaunya merupakan area Kuasa Penambangan (KP) timah. Area penambangan terbesar di pulau ini dikuasai oleh PT Tambang Timah, yang merupakan anak perusahaan PT Timah Tbk. Mereka menguasai arae KP seluas 321.577 ha.</div><div><br />
</div><div>Sedangkan PT Kobatin, sebuah perusahaan kongsi yang sebanyak 25 persen sahamnya dikuasai PT Timah Tbk dan 75 persen lainnya milik Malaysia Smelting Corporation, menguasai area KP seluas 35.063 ha (Bappeda Bangka, 2000). Selain itu terdapat sejumlah smelter swasta lain dan para penambang tradisional yang sering disebut tambang inkonvensional ( TI ).</div><div><br />
</div><div>Pemberian izin TI di Bangka Belitung, sebenarnya mendukung usaha pertambangan PT Timah Tbk sebagai BUMN dan PT Kobatin. Sebab, kedua perusahaan tersebut tidak perlu membuka area penambangan baru. Namun, keberadaan TI ini pada akhirnya justru memperburuk ketersediaan logam timah di Bangka Belitung dan membuat rusak lingkungan wilayah Bangka Belitung karena penambangan dilakukan di semua tempat.</div><div><br />
</div><div>Di sisi lain, penambangan timah yang telah berlangsung ratusan tahun itu belum mampu melahirkan kesejahteraan bagi rakyat. Padahal, cadangan timah yang ada kian menepis pula. Tak heran jika kemudian pertambangan timah di Bangka Belitung membawa dampak sosial berupa masalah kemiskinan dan kecemburuan sosial di sekitar wilayah pertambangan.</div><div><br />
</div><div>Hal krusial yang memantik masalah itu muncul karena potensi timah yang berlimpah itu belum diatur secara optimal. Sehingga pendapatan berlimpah dari aktivitas penambangan pada akhirnya belum mampu mendukung bagi terwujudnya kemakmuran rakyatnya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya penyelundupan timah yang dilakukan melalui aktivitas penambangan illegal. </div><div><br />
</div><blockquote>Mestinya, BUMN di bidang pertambangan timah berperan lebih besar agar hasil penambangan seluruhnya masuk ke kas negara.</blockquote><div><br />
</div><div>Bila kondisi seperti itu terwujud, jumlah produksi timah Indonesia bisa menyamai bahkan melampaui Cina yang mencapai 130 ribu ton per tahun. Melalui penambangan legal, Indonesia menghasilkan timah sebesar 71.610 ton per tahun. Dari penambangan ilegal, sebanyak 60 ribu ton per tahun. Mekanisme pertambangan timah di Indonesia bisa dikatakan masih jauh dari prinsip demokrasi ekonomi. Sebab, endapan timah yang merupakan kekayaan nasional bangsa Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan sesuai amanat UUD 1945 pasal 33. Kekayaan itu harus digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Jadi, negara harus mampu menguasai secara efektif dan memanfaatkan sumber daya itu demi kemakmuran rakyatnya.</div><div><br />
</div><div>Sudah menjadi kewajiban semua pihak, baik pemerintah maupun rakyat memanfaatkan potensi tambang bagi kemakmuran rakyat. Namun itu belum mewujud dalam pengelolaan pertambangan timah yang ada di sepanjang Pulau Bangka, Belitung, Singkep, dan Karimun-Kundur. Padahal, Indonesia diakui sebagai penghasil timah terbesar kedua di dunia setelah Cina. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia bisa disebuat sebagai negara yang masih memiliki kandungan timah berlimpah.</div><div><br />
</div><div>Sayang, potensi timah yang bisa membawa Indonesia menuai pendapatan berlimpah untuk kemakmuran rakyatnya belum diatur secara optimal. Masih sering terjadi penyelundupan timah melalui penambangan ilegal. Bayangkan saja, penambangan ilegal mampu menghasilkan 60 ribu ton per tahun, tak begitu beda jauh dengan jumlah produksi penambangan legal sebesar 71.610 per tahun. Hasil penambangan ilegal tentu tak masuk ke dalam kas negara.</div><div><br />
</div><div>Biasanya, timah dari aktivitas penambangan ilegal itu dipasarkan ke sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan Cina. Menurut Batubara (2008), ada sejumlah masalah yang mestinya segara mendapatkan solusi. Di antaranya, belum optimalnya kebijakan nasional, peraturan yang bermasalah, penegakan hukum yang tidak konsisten, KKN berbagai oknum, pencurian, penyeludupan, perusakan lingkungan, dominasi asing dan pemilik modal, serta kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat.</div><div><br />
</div><div>Seluruh masalah ini saling terkait dan telah berkontribusi terhadap tidak optimalnya hasil tambang timah bagi pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat. Pemerintah belum dapat menyeimbangkan aspek-aspek pendapatan negara, reservasi atau pengamanan cadangan timah, dan pemberdayaan ekonomi atau kehidupan rakyat. Penambangan dilakukan hanya berdasarkan upaya untuk mengejar pertumbuhan dan peningkatan pendapatan.</div><div><br />
</div><div>Dengan total cadangan yang terbatas sekitar 1 juta ton, timah Indonesia diperkirakan hanya akan bertahan 12 tahun kedepan atau paling lama 15 tahun jika cadangan baru ditemukan. Undang-undang dan peraturan seputar tambang timah sebagian tidak relevan dan tidak sejalan dengan kepentingan nasional. Demikan pula dengan penegakan hukum di lapangan, yang sering tidak konsisten dan bermasalah. Pemerintah, belum optimal mengatur mekanisme penambangan timah.</div><div><br />
</div><div>Hingga 2009, penyelundupan timah masih marak terjadi. Pemerintah tidak tegas memberikan sanksi terhadap para pelaku penyelundupan timah. Sejauh ini, pertambangan dilakukan untuk mengejar pertumbuhan dan peningkatan pendapatan tanpa penghematan. Hal ini kemudian memberikan peluang bisnis terhadap para investor asing dan domestik. Bahkan, tercatat sejumlah cukong dari Jakarta menguasai tambang timah ilegal melalui konsorsium yang beranggotakan banyak perusahaan.</div><div><br />
</div><div>Diizinkannya tambang inkonvensional (TI), sebenarnya mendukung produksi PT Timah Tbk sebagai BUMN dan PT Kobatin. Kedua perusahaan bahkan tidak perlu membuka area penambangan, karena penambang inkonvensional yang membuka lahan pertambangan dan mengeksploitasi timah. Namun, hal itu justru memperparah ketersediaan cadangan logam timah di Bangka Belitung. Penambang inkonvensional terus menambang bahkan hutan lindung pun menjadi sasaran mereka.</div><div><br />
</div><div>Penambang inkonvensional tidak memperhitungkan cadangan sumberdaya timah yang ada. Mereka secara terus-menerus mengeksploitasi wilayah pertambangan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. US Geological Survey 2006 menyatakan, cadangan terukur timah di Indonesia hanya 800 ribu sampai 900 ribu ton. Ekspor setahun rata-rata 60 ribu ton setara dengan 90 ribu ton pasir. Berarti cadangan tinggal 10 tahun lagi, atau sekitar tahun 2015, pertambangan timah hanya akan meninggalkan tanah dan buruh tambang di Bangka Belitung.</div><div><br />
</div><div>Ketersediaan timah yang semakin menipis ini seharusnya diperhitungkan Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), serta pemerintah daerah setempat. Sebab, produksi timah cukup berkontribusi bagi pembangunan ekonomi. Pemerintah juga harus memperhitungkan keberlanjutan ekonomi masyarakat Bangka Belitung jika cadangan timah habis, karena bisa menurunkan kesejahteraan masyarakat atau bahkan menambah angka kemiskinan di negara ini.<br />
<br />
by. Rahma Widhiasari</div></span></span>Rahma-Widhiasarihttp://www.blogger.com/profile/01956199188541802950noreply@blogger.com0