Senin, 01 Oktober 2012

Forecasting Volume Sampah Kota Depok


Pembangunan perekonomian dan perkembangan penduduk harus diikuti dengan pemeliharaan kelestarian lingkungan. Masalah sampah merupakan masalah lingkungan yang perlu diperhatikan dan segera diatasi. Di Kota Depok, volume sampah terus meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas masyarakat.

Pemerintah Kota Depok seharusnya dapat mengantisipasi peningkatan volume sampah,  yakni dengan mempersiapkan sarana pengolahan sampah yang memadai. Keterbatasan sarana pengolahan sampah yang tidak sebanding dengan volume sampah dapat mengakibatkan sampah tidak dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pemkot Depok harus mengefektifkan fungsi Unit Pengolahan Sampah (UPS) di tiap wilayah, agar pengelolaan sampah sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu,  Pemkot Depok harus dapat meramalkan jumlah sampah yang dihasilkan, sehingga pengelolaan sampah dapat lebih efektif serta dapat melakukan antisipasi ketika volume sampah melebihi daya tampung sarana pengelolaan sampah.

Saat ini volume sampah dari enam kecamatan di Depok sudah mencapai 3.500 m3 per hari. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 1.300 - 1.500 m3 yang dapat terangkut ke TPA Cipayung. Kondisi ini terjadi antara lain karena keterbatasan sarana maupun prasarana di TPA Cipayung. 

TPA Cipayung memiliki luas keseluruhan mencapai 10,1 hektare, dengan penerapan system sanitary landfield. Setiap harinya, sampah yang datang ditimbun dengan tanah merah setinggi 10-12 cm. Kemudian, air limbahnya dibuang ke bak penampungan. Meningkatnya volume sampah harian dikhawatirkan melebihi daya tampung TPA Cipayung.

Dari wacana diatas, terdapat permasalahan dalam pengelolaan sampah di Kota Depok, yakni (1) Terus meningkatnya volume sampah di Kota depok;  (2) Daya tampung TPA Cipayung yang terbatas cenderung menurun dengan bertambahnya volume sampah. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan harus memperhatikan daya tampung TPA, dengan memperhatikan volume sampah yang terus meningkat. Pemkot Depok perlu memprediksi volume sampah di kota Depok agar dapat mempersiapkan infrastruktur dan sarana prasarana pengelolaan sampah yang baik. Oleh karena itu, makalah ini akan membuat analisa komparatif mengenai volume sampah di Kota Depok dan daya tampung TPA Cipayung dengan menggunakan metode peramalan berdasarkan data volume sampah yang ada.

Dalam peramalan Time-series Forecasting Model, dikenal peramalan Penghalusan Eksponensial atau Exponential Smoothing yakni merupakan rataan bergerak dengan memberikan bobot lebih kuat pada data yang lebih terakhir dari pada data yang awal. Exponential Smoothing  terdiri dari simple exponential smoothing (SES)  dan  adjusted exponential smoothing (AES). Exponential smoothing lebih cocok untuk mencerminkan variasi yang terjadi seperti pola siklus atau efek musiman.

Peramalan volume sampah lebih tepat menggunakan Adjusted Exponential Smoothing, karena terdapat kecenderungan jumlah sampah yang trend nya terus meningkat. Adjusted exponential smoothing merupakan ramalan penghalusan eksponensial yang disesuaikan dari simple exponential smoothing (SES) dengan penambahan suatu faktor penyesuaian kecenderungan/trend, yakni menggunakan rumus:
Rumus simple exponential smoothing (SES):
Ft+1 = aDt + (1-a)Ft
 
 










Dimana:
Ft+1 =   ramalan untuk periode berikutnya; Dt =  data aktual dalam periode sekarang; Ft = ramalan yang telah ditentukan sebelumnya untuk periode sekarang; a=   faktor tertimbang yang disebut sebagai konstanta penghalus.  

Secara singkat, kesimpulan dari tehnik peramalan yang sudah dilakukan adalah:


1)  Berdasarkan hasil peramalan dengan metode simple exponential smoothing (SES) dan adjusted exponential smoothing (AES), volume sampah di Kota Depok tren nya terus meningkat. Pemkot Depok hingga tahun depan (2010) dapat dikatakan hanya perlu menambah sarana pembuangan sampah, karena di tahun 2010 volume sampah mencapai 1.293.290,23 m3  dan sampah masih dapat ditampung oleh TPA Cipayung.
2) Ketika periode peramalan volume sampah diperpanjang hingga 2019, diperoleh nilai perkiraan volume sampah mencapai 12.106. 074, 44 m3. Artinya, pada tahun 2019 TPA Cipayung telah habis masa pakai dan tidak dapat lagi menampung sampah. Setidaknya 2 tahun sebelumnya, Pemkot Depok harus dapat mencari tempat alternatif TPA untuk menggantikan TPA Cipayung, dan mempersiapkan infrastruktur untuk TPA yang baru.
3) Pemkot Depok dapat pula menggunakan alternatif teknologi untuk memberdayakan sampah sebagai sumberdaya, misalnya teknologi daur ulang; menggunakan incenerator; atau pun mengubah gas metan hasil proses anaerob bakteri pengurai sampah menjadi energi listrik.

Kajian singkat by. Rahma Widhiasari with team